Senin, 09 Maret 2015

Studi Pendahuluan

STUDI PENDAHULUAN

A.     Permasalahan Penelitian
Penelitian yang sistematis diawali dengan suatu persoalan atau masalah. John Dewey menyebutkan bahwa langkah pertama dalam metode ilmiah ialah pengakuan akan adanya kesulitan, hambatan, atau masalah yang membingungkan peneliti.
Pemilihan dan perumusan masalah adalah salah satu aspek yang paling penting dalam pelaksanaan penelitian di bidang apa saja. Para peneliti pemula sering terkejut melihat bahwa tahap permulaan ini sering kali memakan sebagian besar waktu yang mereka sediakan untuk proyek penelitian. Suatu penelitian tidak dapat dilakukan sebelum suatu masalah diidentifikasi, dipikirkan secara tuntas, dan dirumuskan dengan baik. (Donald Ary,dkk., 1982: 73)
Masalah adalah pentimpangan antara yang diharapkan dengan kejadian atau kenyataan dan dapat diselesaikan. Masalah timbul karena adanya tantangan, kesangsian atau kebingungan terhadap suatu hal atau fenomena. Adanya ambiguity, halangan atau rintangan, adanya celah baik antar kegiatan atau antar fenomena, baik yang telah ada ataupun yang akan ada.
Masalah penelitian bisa didefinisikan sebagai pernyataan yang mempermasalahkan suatu variabel atau hubungan antara variabel pada suatu fenomena. Sedangkan variabel dapat didefinisikan sebagai pembeda antara sesuatu dengan yang lain. Masalah penelitian bisa juga didefinisikan sebagai objek dalam penelitian. Masalah penelitian adalah masalah yang akan menjadi obyek penelitian, dimana dalam penelitian masalah akan dikaji, dipecahkan atau diselesaikan, lalu dibuat kesimpulannya sesuai dengan konteks permasalahan oleh peneliti dalam penelitian. (Ibnu Adib, 2012)
Seorang peneliti mula-mula harus menentukan pokok persoalan penyelidikan yang bersifat umum. Pilihan seperti itu selalu bersifat sangat pribadi, tetapi hendaknya mengarah pada suatu bidang yang sangat menarik atau yang benar-benar diketahui. Kalau tidak, mungkin akan sulit mengarahkan motivasi untuk melaksanakan penelitian itu sampai selesai. Pengetahuan, pengalaman, dan lingkungan peneliti sendiri biasanya yang menentukan pilihan itu. Seorang guru sekolah dasar mungkin merasakan perlunya meneliti beberapa aspek pengajaran membaca, atau seorang guru SMP mungkin tertarik untuk mengetahui keefektifan program-program multi media dalam pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
Setelah dipilih, pokok persoalan yang masih bersifat umum itu kemudian dipersempit sampai menjadi persoalan yang sangat khusus. Peneliti harus menentukan pertanyaan yang harus dijawab. Ia juga harus menyatakan dengan tepat apa yang akan dilakukan untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan itu. (Donald Ary,dkk., 1982: 73-74)
           
B.     Sumber Masalah Penelitian
Beberapa sumber penelitian mungkin dapat membantu para peneliti memperoleh permasalahan yang layak untuk dijadikan bahan untuk diteliti. Beberapa sumber permasalahan tersebut diantaranya pengalaman, deduksi dan teori serta literatur yang ada kaitannya. (Donald Ary,dkk., 1982: 75-80)
1.      Pengalaman
Salah satu diantara sumber paling berguna bagi para peneliti pemula adalah pengalaman mereka sendiri sebagai praktisi kependidikan. Banyak keputusan yang harus diambil setiap hari tentang kemungkinan pengaruh praktek-praktek kependidikan terhadap tingkah laku murid. Apabila ingin agar keputusan-keputusan ini mantap, para pendidik harus melakukan penelitian yang kritis tentang validitas asumsi mereka mengenai hubungan antara pengalaman belajar dan perubahan siswa.
Ada keputusan tentang metode-metode pengajaran yang harus diambil. Metode pengajaran memang memerlukan penelitian ilmiah. Pendekatan ilmiah terhadap praktek kependidkan menetapkan bahwa keputusan tentang bagaimana melakukan sesuatu dibidang pendidikan hendaknya didasarkan pada bukti-bukti empiris, bukan pada firasat, kesan, perasaan atau dogma. Misalnya, guru-guru SD mungkin mempertanyakan keefektifan metode pengajaran membaca mereka. Mereka mungkin ingin menilai metode yang biasanya mereka pakai atau salah satu dari beberapa metode yang telah terkenal, guna menetapkan pedekatan manakah yang paling efektif untuk dipakai.
Pengamatan terhadap hubungan-hubungan tertentu yang belum terjawab secara memuaskan merupakan sumber lain bagi persoalan-persoalan pendidikan. Seorang guru mungkin melihat meningkatnya tanda kegelisahan di kalangan murid-murid pada saat-saat tertentu. Untuk menyelidiki hal itu, guru tersebut dapat menyusun berbagai penjelasan sementara mengenai sebab-sebab kegelisahan itu, kemudian mengujinya secara empiris. Penyelidikan ini mungkin tidak hanya memecahkan persoalan itu saja, melainkan juga memberikan sumbangan bagi pemahaman sebab-sebab kegelisahan di dalam kelas.
Demikian pula, ada keputusan yang harus diambil mengenai praktek-praktek yang telah menjadi rutin di kelas. Ada juga keputusan yang dalam beberapa hal didasarkan terutama pada tradisis atau otoritas yang kurang atau bahkan tidak didukung oleh penelitian ilmiah. Misalnya, apakah ada tes-tes lain yang mungkin lebih valid bagi tujuan yang ingin dicapai daripada tes yang sekarang ini dipakai?
Pengalaman sehari-hari para pendidik dapat memberikan persoalan yang berharga untuk diselidiki dan bahkan sebagian besar gagasan penelitian yang dikembangkan oleh para pemula di bidang penelitian pendidikan cenderung berasal dari pengalaman-pengalaman pribadi mereka. Mereka mungkin mempunyai firasat tentang hubungan-hubungan baru atau tentang cara-cara lain untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dengan demikian melalui semacam proses intuitif, mereka sampai pada gagasan-gagasan yang dapat diteliti. Studi seperti itu kebanyakan merupakan jenis penelitian yang mengarah pada pemecahan persoalan yang dihadapai secara langsung. Meskipun begitu, kadang-kadang persoalan semacam itu lebih cocok dan lebih berarti bagi peneliti pemula daripada persoalan yang diperoleh melalui proses deduksi logis dari suatu teori. Disamping itu, studi semacam ini sering dapat dibenarkan berdasarkan sumbangannya kepada praktek-praktek pendidikan .
2.      Deduksi dari Teori
Deduksi yang dapat ditarik dari berbagai teori pendidikan dan teori tingkah laku yang sudah dikenal oleh peneliti merupakan sumber permasalahan yang baik sekali. Teori menyangkut prinsip-prinsip umum, yang kelayakannya untuk diterapkan pada persoalan-persoalan pendidikan masih belum terbukti, sebelum prinsip tersebut ditetapkan secara empiris. Hanya melalui penelitianlah orang dapat menentukan apakah generalisasi-generalisasi yang terdapat di dalam teori dapat diterjemahkan menjadi saran-saran khusus bagi praktek kependidikan.
Dari suatu teori, peneliti dapat membuat hipotesis yang menyatakan hasil penelitian yang diharapkan dalam suatu situasi praktis tertentu. Artinya, peneliti menanyakan “Hubungan antar variabel yang bagaimana yang akan diamati jika teori tersebut benar-benar merangkum keadaan itu?” kemudian ia melakukan penyelidikan sistematis guna memastikan apakah data empiris mendukung hipotesis itu, yang sekaligus juga mendukung teorinya.
3.      Literatur yang Ada Kaitannya
Sumber permasalahan lain yang berharga adalah literatur dalam bidang yang menarik perhatian peneliti. Pada waktu membaca laporan-laporan penelitian yang sudah dilakukan, kita dihadapkan pada contoh-contoh permasalahan penelitian serta cara bagaimana penelitian tersebut dilaksanakan. Para penulis juga sering menutup studi mereka dengan saran-saran tentang penelitian selanjutnya yang diperlukan guna meneruskan pekerjaan yang telah dilakukan itu. Ada gunanya kita melihat jika prosedur yang dipakai dalam penelitian terdahulu itu dapat disesuaikan guna memecahkan persoalan-persoalan lain atau apakah studi yang serupa juga dapat dilakukan di lapangan, bidang persoalan, atau dengan kelompok subjek yang berbeda.
Misalnya, seseorang membaca suatu studi yang menyelidiki keefektifan pendekatan multimedia dalam pengajaran ilmu kimia. Barangkali studi yang serupa dapat dilakukan dalam bidang biologi atau mata pelajaran lainnya. Contoh lain, misalnya studi tentang siswa-siswa SMP mungkin dapat menjadi pedoman bagi guru SD yang tertarik untuk menetapkan apakah hubungan antara variabel-variabel tersebut juga ada di tingkat pendidikan dasar.
Salah satu ciri penting penelitian ilmiah ialah bahwa penelitian tersebut harus dapat ditiru atau diulang (replicable), sehingga hasil-hasilnya dapat dibuktikan. Replikasi suatu studi, dengan atau tanpa variasi, mungkin dapat menjadi kegiatan yang berkaidah dan berharga bagi peneliti pemula. Pengulangan suatau studi dapat meningkatkan luasnya jangkauan generalisasi hasil penelitian sebelumnya serta memberikan bukti tambahan tentang validitas hasil tersebut. Dalam banyak eksperimen pendidikan, kita dapat memilih subyek secara acak, melainkan harus menggunakan kelompok-kelompok kelas sebagaimana adanya. Sudah barang tentu hal ini akan membatasi jangkauan generalisasi hasil-hasil penelitian tersebut. Akan tetapi, dengan diulangnya eksperimen-eksperimen pada waktu dan tempat yang berlainan, dengan hasil yang menguatkan hubungan-hubungan yang diharapkan itu pada setiap penyelidikan, maka kepercayaan terhadap validitas ilmiah hasil-hasil tersebut pun akan meningkat.
Dalam banyak kasus, pengulangan studi-studi selanjutnya itu tidak persis sama. Berbagai variasi dimasukkan untuk memperjelas beberapa aspek hasil-hasil penelitian itu untuk memperjelas beberapa aspek hasil-hasil penelitian itu, untuk menguji seberapa jauh hasil-hasil penelitian itu dapat digeneralisasikan atau untuk menyelidiki faktor-faktor yang belum dimasukkan ke dalam penelitian aslinya.

C.    Memilih Masalah Penelitian
Permasalahan yang akan diteliti hendaknya memenuhi kriteria penting, yaitu (Donald Ary,dkk., 1982: 81-83) :
1.      Masalah tersebut hendaknya merupakan masalah yang pemecahannya akan memberikan sumbangan pengetahuan di bidang pendidikan
2.      Persoalan itu hendaknya merupakan persoalan yang akan membawa kita kepada persoalan-persoalan baru dan dengan demikian juga kepada penelitian-penelitian berikutnya.
3.      Persoalan-persoalan tersebut harus merupakan persoalan yang dapat diteliti
4.      Persoalan itu harus sesuai bagi peneliti. Ketertarikan, bidang, dan waktu harus sesuai dengan keadaan peneliti.
Zainal Arifin (2011 : 13) menjelaskan bahwa dalam pemilihan dan penentuan masalah penelitian, ada beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan secara hati-hati, yaitu:
1.      Masalah penelitian harus yang bersifat teka-teki, unik, orisinil dan belum bisa dijawab dengan tegas.
2.      Dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya atau kalimat interogatif.
3.      Dirumuskan dalam konteks kebijakan pragmatis yang sedang aktual, sehingga pemecahannya menawarkan implikasi kebijakan yang relevan pula.
4.      Tersedia sumber  informasi yang cukup, baik dalam bentuk manusia sumber (human resources) maupun yang bukan manusia sumber (nonhuman resources),sehingga memungkinkan pengumpulan data.
5.      Tempunyai manfaat yang besar, baik secara teoritis maupun praktis.
6.      Sesuai dengan kemampuan peneliti itu sendiri (terutama dalam penggunaan metode penelitian) dan bidang keahliannya, dan
7.      Memperhatikan biaya, waktu, alat dan tenaga penunjang lainnya.
Sedangkan menurut Nanang Martono (2011:31) hal yang harus diperhatikan dalam memilih masalah penelitian yaitu:
1.      kebaruan dan menghindari duplikasi yang tidak perlu;
2.      pentingnya untuk mewakili dan pelaksanaan lapangan;
3.      adanya dorongan keingintahuan secara intelektual;
4.      kualifikasi pribadi atau kualifikasi peneliti;
5.      ketersediaan data dan metode yang dapat digunakan;
6.      peralatan khusus dan kondisi kerja yang mendukung proses penelitian;
7.      sampel yang akan diambil;
8.      sponsorship dan lembaga yang diminta untuk bekerja sama;
9.      bahaya yang harus dihadapi;
10.  biaya yang dibutuhkan;
11.  faktor waktu.
Setelah masalah dipilih dan signifikasi ditetapkan, selanjutnya dalam merumuskan atau mengemukanakan persoalan tersebut ke dalam bentuk yang dapat diteliti. Penjabaran persoalan yang baik harus (Donald Ary,dkk., 1982: 85):
1.      Menerangkan dengan jelas apa yang akan diterangkan atau dipecahkan
2.      Membatasi ruang lingkup studi itu pada suatu persoalan khusus.
Batasan operasional ialah batasan yang merumuskan suatu konsep berdasarkan operasi atau proses yang akan digunakan untuk mengukur konsep tersebut. Batasan operasional berfungsi untuk memusatkan ruang lingkup persoalan yang masih bersifat umum menjadi variabel-variabel khusus yang dapat diamati atau diukur.

D.    Rumusan Masalah Penelitian
Rumusan masalah adalah suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data.
Rumusan masalah bisa jadi mempunyai beberapa bentuk, mulai dari yang paling sederhana sampai pada yang lebih kompleks. Namun apapun bentuknya, setiap kali seseorang hendak merumuskan masalah penelitian, Restu K Widi (2010:141) menyarankan sebaiknya harus selalu memperhatikan beberapa hal berikut:
1.      Jenis penelitian yang hendak dilakukan: eksperimen, survei, dan lain-lain;
2.      Jika menggunakan sampel, strategi sampling seperti apa yang paling sesuai;
3.      Ketersediaan dan kemudahan memperoleh bahan-bahan serta instrument atau peralatan yang hendak digunakan;
4.      Jenis analisis dan karakterisasi yang akan ditetapkan;           
Dengan demikian, rumusan masalah bagaikan masukan atau “input” dalam penelitian, sedangkan keluaran atau “output”nya adalah kualitas hasil dan isi laporan penelitian beserta logis dan ilmiahnya pembahasan yang menyertainya.
Ciri-ciri rumusan masalah yang baik menurut Restu K Widi (2010:145) yaitu:
1.      Keaslian ide
Ide dan rumusan masalah yang diajukan peneliti haruslah merupakan ide dan masalah yang asli dari peneliti dan bukan merupakan plagiat atau tiruan. Apabila memang sebagian ide datang dari hasil atau artikel peneliti lain, maka tetap harus ada sesuatu yang baru atau nilai tambah dan sisi yang berbeda dari ide dan rumusan masalah yang diajukan. Lebih baik bila ide dan rumusan masalah yang diajukan adalah sesutau yang baru dan belum pernah sama sekali diajukan oleh peneliti lain.
2.      Didukung konsep yang kuat
Suatu rumusan masalah bisa jadi memang suatu pertanyaan yang memerlukan jawaban, namun bila tidak didukung konsep dan teori yang kuat, hal tersebut dapat melemahkan rumusan masalah yang telah disusun. Meskipun seorang peneliti hendak melakukan penelitian untuk mengajukan suatu teori baru, tetap saja diperlukan suatu konsep atau teori pendukung bagi rumusan masalah yang diajukannya.
3.      Merupakan hal penting
Ide dan rumusan masalah yang disusun seseorang haruslah merupakan hal yang penting dan memang layak untuk dikembangkan menjadi suatu penelitian.
4.      Level atau tingkat dan kedalaman masalah
Seorang peneliti sebaiknya mempunyai pengetahuan tentang proses penelitian untuk dapat menterjemahkan rumusan masalah menjadi suatu kerja penelitian. Peneliti harus mempertajam suatu topik atau tema menjadi sesuatu yang dapat dilakukan, spesifik, dan jelas. Selain itu, sangat penting juga untuk memilih dan menyusun rumusan masalah  yang dapat diselesaikan dalam jangka waktu dan sumber daya sesuai dengan usulan.
5.      Dapat  dipecahkan
Masalah tesebut harus dapat diuji dan dipecahkan. Hal yang perlu dipertimbangkan terkait hal tersebut adalah sumber daya yang tersedia baik manusia ataupun bahan dan peralatan, biaya, serta situasi dan kondisi ketika melakukan pengujian.
6.      Menarik
Kriteria menarik menjadi pertimbangan yang paling penting dalam menentukan rumusan masalah. Seringkali pelelitian memerlukan waktu yang sangat lama dan kerja keras. Dalam pelaksanaan mungkin juga ditemui masalah yang tidak terduga. Oleh karena itu, jika masalah yang menarik akan menjadi motivasi tersendiri terhadap peneliti untuk menyelesaikan penelitiannya.
7.      Disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian
8.      Relevan dan mempunyai keterkaitan
Perlu dipertimbangkan bahwa rumusan masalah yang diajukan sesuai bidang ilmu yang ditekuni dan memberikan sumbangsih nyata terhadap pengetahuan dan keilmuan.
9.      Masalah etika
Sebaiknya rumusan masalah tersebut tidak terlalu menyinggung masalah yang sensitif bagi seseorang atau kelompok atau masyarakat tertentu. Kalaupun harus dilakukan, maka harus dikemas sedemikian rupa agar tidak sampai benar-benar menyinggung perasaan dan sebagainya
10.  Berupa pertanyaan
Rumusan masalah yang dibuat dalam bentuk pertanyaan akanlebih memudahkan seorang peneliti untuk melakukan prosedur pencarian jawaban.

E.     Langkah-langkah dalam Merumuskan Masalah
Restu K Widi (2010:148) menyebutkan langkah-langkah dalam merumuskan masalah yaitu:
1.      Mengidentifikasi subyek area luas yang menarik
2.      Membagi subyek area luas menjadi sub area
3.      Memilih sub area yang paling menarik
4.      Mengungkapkan beberapa pertanyaan penelitian
Pada tahap ini, seorang peneliti sebaiknya bertanya pada dirinya sendiri tentang apa yang sebenarnya hendak dicari pemecahan atau jawaban dari beberapa sub area tersebut.
5.      Merumuskan suatu tujuan (obyektif)
Seorang peneliti harus mempunyai tujuan atau obyektif yang jelas dan nyata dari proses penelitian yang hendak dilakukan
6.      Menilai obyektif
Seorang peneliti harus menguji obyektif atau tujuannya guna memastikan bahwa obyektif tersebut dapat dicapai melalui metode dan prosedur penelitian.
7.      Periksa ulang
Setelah semua langkah dilalui, maka sebaiknya peneliti kembali ke tahap awal untuk memeriksa ulang dan mempertimbangkan lagi rumusan masalah yang telah disusun. Peneliti juga harus bertanya pada dirinya sendiri apakah sudah cukup puas dan nyaman serta termotivasi untuk melakukan penelitian terhadap permasalahan yang telah diungkapkan.

F.     Bentuk-bentuk Rumusan Masalah
Bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian ini dikembangkan berdasarkan penelitian menurut tingkat eksplanasi. Bentuk masalah dapat dikelompokkan menjadi:
1.      Rumusan Masalah Deskriptif
Suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri).
Contoh:
a.       Seberapa baik kinerja Departemen Pendidikan Nasional
b.      Bagaimana sikap masyarakat terhadap Sekolah Dasar negeri
c.       Seberapa tinggi minat baca dan lama belajar rata-rata per hari murid-murid sekolah di Bantul?
2.      Rumusan Masalah Komparatif
Rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan suatu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda atau pada waktu yang berbeda.
Contoh:
a.       Adakah perbedaan prestasi belajar antara murid dari sekolah negeri dan swasta?
b.      Adakah perbedaan motivasi belajar dan hasil belajar anatara murid yang berasal dari keluarga Guru, Pegawai Swasta, dan Pedagang.
c.       Adakah perbedaan disiplin kerja guru antara sekolah di Kota dan di Desa?
3.      Rumusan Masalah Asosiatif
Rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan anatara dua variabel atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan, yaitu:
a.       Hubungan simetris
Suatu hubungan antara dua variable atau lebih yang kebetulan munculnya bersama.
Contoh:
1)      Adakah hubungan antara rumah yang dekat rel kereta api dengan jumlah anak?
2)      Adakah hubungan antara banyaknya uang saku dengan prestasi anak?
3)      Adakah hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan jumlah penduduk yang sekolah?
b.      Hubungan kausal
Hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi di sini ada variabel independen dan dependen.
Contoh:
1)      Adakah pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar anak?
2)      Seberapa besar pengaruh tata ruang kelas terhadap efisiensi pembelajaran di SMA?
3)      Seberapa besar pengaruh kurikulum, media pendidikan dan kualitas guru terhadap kualitas SDM yang dihasilkan dari suatu sekolah?
c.       Hubungan interaktif (timbal balik)
Hubungan yang saling mempengaruhi. Di sini tidak diketahui mana variabel independen dan dependen.
Contoh:
Apakah hubungan antara motivasi dan prestasi belajar anak SD di Kecamatan Sedayu?
(Di sini dapat dinyatakan motivasi mempengaruhi prestasi  tetapi juga prestasi dapat mempengaruhi motivasi)

G.    Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian memegang peranan yang sangat penting karena merupakan arah dan sasaran yang harus dicapai. Tujuan penelitian harus dirumuskan dengan jelas, tegas, dan terperinci dalam bentuk pernyataan serta menunjuukan adanya sesuatu hal yang harus dicapai setelah penelitian tersebut selesai dilaksanakan. Sesuatu yang harus dicapai merupakan jawaban, tentang masalah yang akan diteliti.
Menurut  Zainal Arifin (2011: 185) Tujuan umum penelitian pendidikan adalah untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, konsep, prinsip,dan generalisasi tentang pendidikan baik berupa teori maupun praktik.
Menemukan berarti mencari sesuatu yang baru (ekplorative), sedangkan mengembangkan berarti memperluas dan menggali lebih jauh tentang apa yang ada (development). Menguji kebenaran dilakukan jika masih meragukan yang ada (verificative).
Secara khusus, tujuan penelitian pendidikan bergantung kepada permasalahan pendidikan. Misalnya masalah pokok yang akan diteliti adalah adakah pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar anak? Dengan demikian, tujuan penelitiannya adalah untuk memperoleh data empirik tentang pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar anak.
Setiap penelitian baik kualitatif maupun kuantitatif, selalu memiliki tujuan-tujuan tertentu. Dalam penelitian kualitatif, Creswell (2008:121) mengistilahkan tujuan penelitian dengan “purpose statement”. Dalam bukunya dia medefinisikannya sebagai “A purpose statement is a statement that advance the overall direction of focus for the study”-  Jadi, untuk melakukan penelitian, seorang peneliti harus menjelaskan tujuan penelitian dalam satu bentuk kalimat atau lebih terlebih dahulu. Menurut Cresswell (2008:134) purpose statement  harus mengidentifikasi variabel, hubungan variabel, obyek penelitian, dan tempat penelitian.
Pernyataan peneliti mengenai tujuan penelitiannnya sangatlah urgen, dalam hal ini Creswell (2008:121) menulis:
“The purpose statement establishes the direction for the research, In fact, the purpose statement is the important statement in an entire research study. It orients the reader to the central intent of the study, and from it, all other aspects of the research follow.

Jadi, melalui pernyataan tujuan penelitian, peneliti akan menjelaskan “Why he want to do the study and what he intend to accomplish”. Tujuan penelitian merupakan pusat dan kontrol ide dalam suatu penelitian. Dengan adanya purpose statement akan mengarahkan ide-ide peneliti dalam mencapai tujuan akhir dari penelitian yang dilakukannya.



DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. (2012). Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Ary, D., Jacobs, L.C., Sorensen , C.K. and Razafih, A. (2010). Introduction to Research in Education. Belmont, CA:Wadsworth.

Cresswell, John W. (2008). Educational Research 3th Edition, Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. New Jersey: Pearson Education International.

Martono, Nanang. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder. Jakarta: Rajawali Pers.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Widi, Restu Kartiko.(2010). Asas Metodologi Penelitian.Yogyakarta: Graha Ilmu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar