Senin, 09 Maret 2015

Pengembangan Instrumen Pengumpulan Data

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

A.      Pengertian Instrumen Pengumpulan data
            Menurut pendapat Colton dan Covert (2007:5) instrumen adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena, merekam informasi yang ditujukan untuk penilaian dan pengambilan keputusan. An instrument is a tool for measuring, observing, or documenting quantitative data. Instrumen adalah alat untuk mengukur, mengamati, atau mendokumentasikan data (Creswell, 2012:151). Menurut Suharsimi Arikunto (2006:160) instrumen pengumpulan data adalah  alat  bantu  yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa instrumen penelitian adalah alat–alat yang digunakan untuk memperoleh atau mengumpulkan data dalam rangka memecahkan masalah penelitian atau mencapai tujuan penelitian ataupun pengambilan sebuah keputusan.

B.       Langkah Penyusunan Instrumen
            Untuk memahami konsep penyusunan dan pengembangan instrumen, maka di bawah ini akan disajikan proses atau langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen. Menurut Johnson & Clark dalam Creswell (2012:158) tahap-tahap umum dalam pengembangan atau penyusunan sebuah isntrumen yaitu planning, construction, quantitative evaluation, dan validation. Dalam setiap tahap tersebut masih ada langkah-langkah yang harus dilakukan agar terciptanya sebuah instrumen yang baik. Pada tabel dibawah ini akan dipaparkan tahap-tahap umum serta hal-hal yang harus dilakukan pada setiap tahapnya.
            Menurut Muljono (2002:3-4) langkah-langkah penyusunan dan pengembangan instrumen adalah sebagai berikut : 
1.  Berdasarkan sintesis dari teori-teori yang dikaji tentang suatu konsep dari variabel yang hendak diukur, kemudian dirumuskan konstruk dari variabel tersebut. Konstruk pada dasarnya adalah bangun pengertian dari suatu konsep yang dirumuskan oleh peneliti.
2.  Berdasarkan konstruk tersebut dikembangkan dimensi dan indikator  variabel yang sesungguhnya telah tertuang secara eksplisit pada rumusan konstruk variabel pada langkah pertama.
3.    Membuat kisi-kisi instrumen dalam bentuk tabel spesifikasi  yang memuat  dimensi, indikator, nomor butir dan jumlah butir untuk setiap dimensi dan indikator.
4.    Menetapkan besaran atau parameter yang bergerak dalam suatu rentangan kontinum dari suatu kutub ke kutub lain yang berlawanan, misalnya dari rendah ke tinggi, dari negatif ke  positif, dari otoriter ke demokratik, dari dependen ke independen, dan sebagainya.
5.    Menulis butir-butir instrumen yang dapat berbentuk pernyataan atau pertanyaan.Biasanya butir instrumen yang dibuat terdiri atas dua kelompok yaitu kelompok butir positif dan kelompok butir negatif.    Butir positif adalah pernyataan  mengenai ciri atau keadaan, sikap atau persepsi yang positif atau mendekat ke kutub positif, sedang butir negatif adalah pernyataan mengenai ciri atau keadaan, persepsi atau sikap negatif atau mendekat ke kutub negatif.
6.    Butir-butir yang telah ditulis merupakan konsep instrumen yang harus melalui proses validasi, baik validasi teoretik maupun validasi empirik. 
7.  Tahap validasi pertama yang ditempuh adalah validasi teoretik, yaitu melalui  pemeriksaan pakar atau melalui panel yang pada dasarnya menelaah seberapa jauh dimensi merupakan jabaran yang tepat dari konstruk, seberapa jauh indikator merupakan jabaran yang tepat dari dimensi, dan seberapa jauh butir-butir instrumen yang dibuat secara tepat dapat mengukur indikator. 
8.   Revisi atau perbaikan berdasarkan saran dari pakar atau berdasarkan hasil panel.
9.    Setelah konsep instrumen dianggap valid secara teoretik atau secara konseptual, dilakukanlah penggandaan instrumen secara terbatas untuk keperluan ujicoba.
10. Ujicoba instrumen di lapangan  merupakan bagian dari proses validasi empirik. Melalui ujicoba tersebut,  instrumen diberikan kepada sejumlah responden sebagai sampel uji-coba yang mempunyai karakteristik sama atau ekivalen dengan karakteristik populasi penelitian. Jawaban atau respon dari sampel ujicoba merupakan data empiris yang akan dianalisis untuk menguji validitas empiris atau validitas kriteria dari instrumen yang dikembangkan.
11. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan kriteria baik kriteria internal maupun kriteria eksternal. Kriteria internal, adalah instrumen itu sendiri sebagai suatu kesatuan yang dijadikan kriteria sedangkan kriteria eksternal, adalah instrumen atau hasil ukur tertentu di luar instrumen yang dijadikan sebagai kriteria.
12. Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh kesimpulan mengenai valid atau tidaknya sebuah butir  atau sebuah perangkat instrumen. Jika kita menggunakan kriteria internal, yaitu skor total instrumen sebagai kriteria maka keputusan pengujian adalah mengenai valid atau tidaknya butir instrumen dan proses pengujiannya biasa disebut analisis butir.  Dalam kasus lainnya, yakni jika kita menggunakan  kriteria eksternal, yaitu instrumen atau ukuran lain di luar instrumen yang dibuat yang dijadikan kriteria maka keputusan pengujiannya adalah mengenai valid atau tidaknya perangkat instrumen sebagai suatu kesatuan.
13. Untuk kriteria internal atau validitas internal, berdasarkan hasil analisis butir maka butir-butir yang tidak valid dikeluarkan atau diperbaiki untuk diujicoba ulang, sedang butir-butir yang valid dirakit kembali menjadi sebuah perangkat instrumen untuk melihat kembali validitas kontennya berdasarkan kisi-kisi.  Jika secara konten butir-butir yang valid tersebut dianggap valid atau memenuhi syarat, maka perangkat instrumen yang terakhir ini menjadi instrumen final yang akan digunakan untuk mengukur variabel penelitian kita
Gambar alur dan pengembangan instrumen.
Variabel

Teori

Konstruk








Definisi Konseptual

Definisi Operasional

Penetapan Jenis Instrumen

Menyusun Butir Instrumen













Dari bagan tersebut di atas terlihat bahwa untuk keperluan penyusunan dan pengembangan instrumen pertama-tama yang dilakukan adalah menetap kaji konstruk variabel penelitian yang merupakan sistesis dari teori-teori yang telah dibahas dan dianalisis yang penyajiannya diuraikan dalarn pengkajian teoritik atau tinjauan pustaka. Konstruk tersebut dijelaskan dalam definisi konseptual variabel, yang di dalamnya tercakup demensi dan indikator dari variabel yang hendak diukur, berdasarkan konstruk tersebut ditetapkan indikator-idikator yang akan diukur dari variabel tersebut. Selanjutnya item-item instrumen dibuat untuk mengukur indikator- indikator yang telah ditetapkan dengan cara, seperti telah dikemukakan pada proses penyusunan dan pengembangan instrumen point d an e. Karena bentuk item-item instrumen yang akan dibuat harus sesuai dengan instrumen yang dipilih, maka. sebelum menulis item-item instrumen terlebih dahulu peneliti harus memilih jenis instrumen apa yang sesuai untuk mengukur indikator dari variabel yang akan diteliti.
Berkaitan dengan instrumen penelitian, peneliti perlu memahami bagaimana mengembangkan instrumen penelitian yang diperlukan untuk mengumpulkan data sesuai dengan yang dibutuhkannya. Secara umum ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menulis butir instrumen. Hal-hal yang perlu diperhatikan di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Butir harus langsung mengukur indikator, yaitu penanda konsep yang berupa sesuatu kenyataan atau fakta (das solen) seperti keadaan, perasaan, pikiran, kualitas, kesediaan, dan sebagainya.
2. Jawaban terhadap butir instrumen dapat mengindikasikan ukuran indikator apakah keadaan responden berada atau dekat ke kutub positif atau ke kutub negatif. Misalnya jika berada atau dekat ke kutub positif menandakan sikap positif, motivasi tinggi, produktivitas tinggi, dan seterusnya. Sedang jika berada atau dekat ke kutub negatif berarti menandakan sikap negatif, motivasi rendah, produktivitas rendah, dan seterusnya.
3. Butir dapat berbentuk pertanyaan atau pernyataan dengan menggunakan bahasa yang sederhana, jelas, tidak mengandung tafsiran ganda, singkat dan komunikatif.
4.  Opsi dari setiap pertanyaan atau pernyataan itu harus relevan menjawab pertanyaan atau pernyataan tersebut.
            Dari uraian tentang prosedur atau langkah-langkah dalam penyusunan sebuah instrumen yang baik dapat disimpulkan bahwa prosedur yang harus ditempuh dalam penyusunan sebuah instrumen yang baik yaitu:
1.      Perencanaan
2.      Penulisan butir soal
3.      Penyuntingan
4.      Ujicoba
5.      Penganalisaan hasil
6.      Revisi





C.       Jenis-Jenis Instrumen Pengumpulan Data
            Pada dasarnya instrumen dapat dibagi menjadi dua macam, yakni tes dan non tes. Yang termasuk kelompok tes, misalnya tes prestasi belajar, tes inteligensi, tes bakat; sedangkan yang termasuk non tes misalnya self report,wawancara, angket, observasi, dan lain sebagainya .Jenis instrumen dapat juga dibedakan menurut jenis penelitiannya, apakah itu kualitatif atau kuantitatif, seperti yang disampaikan Creswell dalam tabel dibawah ini.
  1. TES
            A test is any structured performance situation that can be analyzed to yield numerical score, from which inferencescan be made about how individual differ in the performance construct measured by the test (Gall, Gall & Borg, 2003:189). Tes adalah situasi kinerja terstruktur yang dapat dianalisis untuk menghasilkan skor numerik, untuk mengambil kesimpulan tentang bagaimana individu berbeda dalam unjuk kerjanya. Tes dibedakan  menjadi dua bagian, yaitu (1) tes kemampuan/unjuk kerja (perfomance test) yang meliputi tes intelegensia (intelegence), tes bakat (aptitude), tes pencapaian hasil belajar (achievment) dan tes diagnosa (diagnostic); dan (2) tes kepribadian (personality measures) (Gall, Gall & Borg, 2003:213-215).
Menurut Creswell (2012:152) ada beberapa macam tes yang dipergunakan dalam sebuah penelitian:
a.       Tes Intelegensi, yaitu tes yang digunakan untuk mengadakan estimasi atau perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang, dengan cara memberikan berbagai tes kepada orang yang akan diukur intelegensinya
b.      Tes Bakat (aptitude test), yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau mengetahui bakat seseorang.
c.       Tes Prestasi Belajar (achievement test), yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu
d.      Tes Kepribadian (personality test), yaitu tes yang digunakan mengetahui atau mengidentifikasi kepribadian seseorang.
e.       Tes Minat (interest test), yaitu tes untuk mengetahui minat seseorang terhadap sesuatu.

            Agar tes yang kita buat mampu berfungsi  secara optimal, maka dalam penyusunannya haruslah mengikuti prosedur dan melalui proses yang benar. Menurut Benson dan Clark dalam Creswell (2012:158) prosedur yang ditempuh dalam menyusun atau mengembangkan instrumen dalam rangka penelitian pada dasarnya adalah sebagai berikut:

  1. SELF REPORT (baca gall hal 189, 190, 213-217)
A self report measure is a paper and pencil instrument whose items yield numerical scores from which inferences can be made about how individuals differ on various aspects of self, such as personality traits, self concept, learning styles, attitudes, values, and interests (Gall, Gall & Borg, 2003:189). Self report adalah instrumen “kertas dan pensil” yang menghasilkan skor numerik yang dapat menyimpulkan tentang bagaimana individu berbeda pada berbagai aspek diri, seperti ciri kepribadian, konsep diri, gaya belajar, sikap, nilai, dan kesukaan. Self report adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur karakteristik psikologis tertentu dari individu. Karena itu, self report sering disinonimkan dengan tes kepribadian.
Perbedaan yang nampak jelas antara self report dengan tes (kemampuan) ialah dalam hal sifat jawaban yang diberikan. Dalam self report, jawaban yang diberikan merupakan suatu keadaan yang sewajarnya, suasana keseharian yang dirasakan dan dialami, atau sesuatu yang diharapkan. Dengan kata lain, dalam menjawab pernyataan/pertanyaaan di dalam self report, orang tidak perlu belajar terlebih dahulu. Cukuplah kiranya jika ia dapat membaca dan/atau memahami hal-hal yang ditanyakan kepadanya.
Adapun prosedur penyusunan self report  adalah:
a.    Menentukan populasi
b.    Review tes yang terkait.
c.    Penetapan konstruk yang akan diukur
d.   Mengembangkan  uji coba (prototype)
e.    Evaluasi uji coba.
f.     Revisi instrumen
g.    Mengumpulkan data tentang uji validitas dan reliability

  1. ANGKET
Angket banyak digunakan dalam penelitian pendidikan dan penelitian sosial yang menggunakan rancangan survei, karena ada beberapa keuntungan yang diperoleh, yaitu adalah:
a. Dapat disusun secara teliti dalam situasi yang tenang sehingga pertanyaan – pertanyaan yang terdapat didalamnya dapat mengikuti sistematik dari masalah yang diteliti.
b. Penggunaan angket memungkinkan peneliti menjaring data dari banyak responden dalam periode waktu yang relative singkat.
Adapun kelemahan dari instrument angket adalah sebagai berikut:
a. Sulit bagi peneliti untuk menangkap kejadian atau suasana khusus pada waktu data dikumpulkan.
b. Kurang memberi keleluasaan untuk mengubah susunan pertanyaan agar lebih cocok dengan alam fikiran atau pengetahuan para penjawab.
c. Penelitian yang hanya menggunakan angket saja tidak dapat menghasilkan temuan yang mendalam dan utuh.
Adapun cara penyelesaian/mengantisipasi kelemahan diatas adalah dengan cara harus mempertimbangkan kesesuaiannya dengan sifat masalah yang digarap, tujuan yang hendak dicapai, jenis variable penelitian, dan karakteristik subjek penelitian.
1.      Penyusunan Angket
Menurut Gall, Gall & Borg (2003:224) prosedur yang ditempuh dalam menyusun angket adalah:
a.       Mendefinisikan objek penelitian
b.      Memilih dan menentukan sampel penelitian
c.       Mendesain format angket
d.      Ujicoba angket
e.       Precontacting sampel
f.       Membuat sampul surat dan mendistribusikan angket
g.      Menindaklanjuti dengan non responden
2. Jenis-jenis Angket
a. Dilihat dari bentuknya
1). Angket terbuka (tak tersetruktur)
Pertanyaan terbuka hampir sama pengertiannya dengan soal tes subjektif, yaitu pertanyaan yang jawabannya bersifat luas dan beragam. Dengan kata lain, responden memiliki keleluasaan yang besar dalam merespon
2). Angket tertutup ( terstruktur)
Dalam pertanyaan tertutup, keleluasaan dalam menjawab tidak dimiliki, bahkan kebebasan yang dimiliki responden sangat terbatas, mengingat jawaban terhadap pertanyaan itu telah tersedia
b.  Dilihat dari jawaban yang diberikan
1). Angket langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya
2).Angket tidak langsung, yaitu responden menjawab tentang orang lain
c.  Dilihat dari bentuknya
1). Pilihan ganda
2). Angket isian
3). Check list
4). Skala bertingkat
3. Keuntungan dan kelemahan Angket
a. Keuntungan Angket
.
1) Tidak memerlukan kehadiran seorang peneliti.
2) Dapat dibagikan secara serentak kepada responden.
3) Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatan masing-masing, dan menurut waktu senggang responden.
4) Dapat dibuat anonim, sehingga responden bebas, jujur, dan tidak malu-malu menjawab.
5) Dapat dibuat terstandar, sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benarbenar sama.
6) Mudah pengisiannya karena responden tidak perlu menuliskan buah pikirannya.
7) Tidak memerlukan banyak waktu untuk mengisinya.
8) Lebih besar harapan untuk dikembalikan.
9) Lebih mudah pengolahannya.
10) Dapat menjangkau responden dalam jumlah besar.

b) Kelemahan Angket
1) Responden sering tidak teliti dalam menjawab, sehingga ada pertanyaan yang terlewati tidak dijawab.
2) Seringkali sukar diberi validitasnya.
3) Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden dengan sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur.
4) Seringkali angket tidak dikembalikan, terutama jika dikirim lewat pos.
5) Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, bahkan kadang-kadang ada yang terlalu lama, sehingga terlambat.
6) Pilihan jawaban mungkin tidak mencakup apa yang terkandung dalam hati responden.
7) Jawaban responden sudah diarahkan oleh peneliti, sehingga kurang ada kebebasan secara leluasa dari responden.
8) Jawaban dari responden terkadang seadanya, bisa jadi tidak dalam keadaan yang sesungguhnya, karena dalam pilihan jawaban ada yang paling baik, dan pilihan itu cenderung dipilih oleh responden, padahal dalam kenyataannya tidak seperti itu.

  1. OBSERVASI
Observation is the process of gathering open-ended, firsthand information by observing people and places at a research site (Creswell, 2012:213). Observasi merupakan proses pengumpulan terbuka, informasi langsung dengan mengamati orang dan tempat di lokasi penelitian. Pedoman pengamatan (observasi) diperlukan terutama jika peneliti menerapkan pengamatan terfokus dalam proses pengumpulan data. Dalam pengamatan terfokus, peneliti memusatkan perhatiannya hanya pada beberapa aspek prilaku atau fenomena yang menjadi objek sasarannya.

1. Kelebihan observasi
a.    Merupakan alat yang langsung untuk menyelidiki bermacam-macam gejala.
b.   Memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatu gejala.
c.    Tidak tergantung pada aself-report

2. Kelemahan observasi
a.    Banyak kejadian yang tidak dapa dicapai dengan observasi langsung seperti kehidupan pribadi seseorang yang sangat rahasia.
b.   Mengetahui jika diselidiki.
c.    Timbulnya suatu kejadian tidak selalu dapat  diramalkan sehingga observer harus hadir untuk mengobservasi kejadian.
d.   Tugas observasi bisa terganggu pada waktu-waktu ada peristiwa yang tidak terduga.
e.    Terbatasi oleh lamanya kelangsungan kejadian yang bersangkutan.
3. Proses Observasi
Menurut Creswell (2012:215) proses umum observasi terdiri atas beberapa langkah yaitu:
a. Tentukan tempat yang akan diamati yang dapat membantu anda dalam memahami fenomena yang akan diteliti.
b. Melakukan kunjungan awal, dan buat catatan-catatan terhdap gambaran umum dari apa yg akan kita teliti
c. Di lokasi, identifikasi siapa atau apa yang harus diamati, kapan mau mengamati, dan tentukan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk observasi.
d. Tentukan peran anda apakah partisipan observer atau non partisipan
e. Melakukan pengamatan dari waktu ke waktu untuk mendapatkan pemahaman yang terbaiktentang  tempat dan individu
            f. Desain beberapa cara untuk merekam catatan selama observasi.
g. Pertimbangan informasi apa yang ingin kamu catat atau ketahui selama pengamatan
h. Rekam atau catat, catatan-catatn diskriptif atau reflektif
i. Buatlah agar anda dikenal sebagai observer, tetapi ingat jangan sampai mengganggu situasi yang ada
j. Setelah selesai, berterimakasihlah dengan orang-orang yang diamati atas informasi yang sudah di dapat.dan sampaikan keguanaan data tersebut setelah menyelesaikan sebuah penelitian

  1. WAWANCARA
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Wawancara digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk mencari data tentangvariabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian, sikap, dan lain-lain. Dalam pelaksanannya membutuhkan interview guide yang akan menolong pewawancara dalam interviewing sebenarnya. Dalam wawancara supaya dapat terekam dengan baik diperlukan alat-alat seperti buku catatan, tape recorder,  ataupun kamera
  1. Jenis-jenis Wawancara
a.      One-on-One interviews
proses wawancara di mana peneliti mengajukan pertanyaan hanya untuk satu orang saja dalam waktu itu.

b.      Focus Group Interviews
wawancara dengan sekelompok orang, biasanya 4-6.
c.       Telephone Interviews
d.      Email Interviews
  1. Langkah-langkah penyusunan instrumen wawancara
a.       Identifikasi orang yang akan diwawancarai
b.      Tentukan jenis wawancara yang akan digunakan
c.       Lakukan perekaman selama wawancara berlangsung
d.      Buatlah catatan singkat selama proses berlangsung
e.       Cari tempat yang tenang, kondusif untuk melakukan wawancara
f.       Memperoleh persetujuan dari orang yang diwawancara untuk berpartisipasi dalam penelitian ini
g.      Buatlah perencanaan tetapi harus fleksibel bila ada yang tidak sesuai rencana
h.      Gunakan pertanyaan penjelas untuk mendapatkan informasi tambahan.
i.        Menjadi pribadi yang sopan dan professional
  1. Kelemahan dan keuntungan
a.       Kelebihan wawancara
1)   Merupakan salah satu metode yang terbaik untuk menilai keadaan pribadi.
2)   Tidak dibatasi oleh tingkatan umur dan tingkatan pendidikan subyek yang diteliti.
3)   Dalam research-research sosial ia hampir tidak pernah dapat ditinggalkan sebagai metode pelengkap.
4)   Cocok sekali digunakan sebagai kriterium terhadap data yang diperolah dengan jalan observasi, kuesioner, dll.
5)   Dapat diselenggarakan sambil mengadakan observasi.
b.      Kelemahan wawancara
1)      Tidak cukup efisien. Boros waktu, tenaga dan biaya.
2)      Tergantung pada kesediaan, kemampuan, dan keadaan yang momental dari terwawancara, sehingga informasi tidak bisa diperoleh seteliti-telitinya.
3)      Jalan dan isi interview sangat mudah dipengaruhi oleh keadaan sekitar yang memberikan tekanan-tekanan yang mengganggu.
4)      Bagi orang yang masih ‘asing’, amat sulit menggunakan interview sebagai metode penyelidikan.

















DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. S.,(2006). Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta:  Rineka Cipta

Colton, D., and Covert, R.W. (2007). Designing and ConstructingInstruments for social research and Evaluation. San Fransisco, CA: John wiley and Sons Inc
Cresswell, Jhon W., (2012). Eduactional Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. Ney Jersey: Person Education, Inc

Djali. H., Muljono P. (2007). Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo

Gall, M.D., Gall, J.P. and Borg, W.R. (2003) Educational Research: An Introduction, Seventh Edition. New York: Pearson education Inc















Tidak ada komentar:

Posting Komentar