Senin, 02 Maret 2015

Pengembangan Membaca dan Menulis Cerita pada Siswa

READING AND WRITING STORIES

A.    MENGEMBANGKAN KONSEP BERCERITA SISWA
Konsep cerita yaitu pengetahuan tentang sebuah cerita. Konsep anak bercerita berisi informasi tentang unsur-unsur cerita, seperti tokoh, plot, dan setting, serta informasi tentang konvensi yang digunakan oleh penulis. Para peneliti telah mendokumentasikan bahwa konsep siswa bercerita dimulai pada tahun-tahun prasekolah, dan anak-anak berumur dua setengah tahun telah memiliki pondasi dasar cerita. Konsep cerita diperoleh anak-anak secara bertahap melalui mendengarkan cerita yang dibacakan untuk mereka, membaca cerita sendiri, dan menceritakan serta menulis cerita. Karena hal itulah maka tidak mengherankan jika anak-anak yang lebih tua memiliki pemahaman yang lebih baik tentang struktur cerita serta cerita yang dibacakan dan dituliskan menjadi lebih kompleks dibandingkan dengan anak-anak yang lebih muda.
Konsep siswa tentang cerita memainkan peran penting dalam menafsirkan cerita yang mereka baca (handler & Johnson, 1977; Rumelhart, 1975; Stein & Glenn, 1979), dan hal tersebut sama pentingnya dengan menulis (Golden, 1984). Siswa terus menumbuhkan pemahan tentang cerita melalui membaca dan menulis pengalaman. Ketika anak-anak merespon dan mengeksplorasi cerita yang mereka baca dan tulis, siswa belajar tentang unsur-unsur susunan cerita dan jenis atau kategori cerita.
B.     Unsur-unsur dalam Cerita
Dalam bab ini akan dibahas lima unsur cerita yaitu plot, tokoh, setting, tema, dan sudut pandang.
1.      Plot (alur)
Plot adalah urutan peristiwa yang melibatkan tokoh dalam situasi konflik. Aspek yang paling mendasar dari plot adalah membagi peristiwa utama cerita menjadi tiga bagian yaitu awal, tengah, dan akhir. Awalnya penulis memperkenalkan tokoh, menjelaskan tempat kejadian cerita, dan menyajikan masalah. Secara bersama ketiga unsur tadi membentuk plot dan mempertahankan tema seluruh cerita. Contohnya, pada cerita Bawang Merah Bawang Putih, di awal cerita tentang Bawang Merah yang mempunyai ibu tiri; di tengah, ayah Bawang Putih meninggal dan Bawang Putih sering disiksa ibu tirinya; di akhir, Bawang Putih di persunting orang kaya dan memaafkan ibu tiri dan Bawang Merah.
Di dalam plot juga terdapat konflik. Konflik adalah ketegangan atau pertentangan antara tokoh di dalam plot, dan hal inilah yang membuat pembaca ingin melanjutkan membaca ceritanya. Konflik terjadi biasanya (Lukens, 1991):
a.       Antara tokoh dan alam
Ini terjadi dimana cuaca buruk memainkan peran penting, seperti dalam cerita Julie of The Wolves (George, 1972) dan dalam cerita yang diatur dimana lokasi geografis yang terisolasi, seperti dalam cerita Island of the Blue Dolphins (O’Dell, 1960).
b.      Antara tokoh dan masyarakat
Ini terjadi ketika kegiatan dan keyakinan tokoh yang berbeda dengan anggota masyarakat lainnya dan perbedaan tersebut menimbulkan konflik.
c.       Antar tokoh
Ini adalah konflik yang sering tersaji dalam sebuah cerita dimana hal ini terjadi ketika konflik terjadi antara tokoh satu dengan lainnya yang ada dalam cerita tersebut.
d.      Dalam tokoh
Konflik ini dialami oleh tokoh dengan dirinya sendiri.
Plot dikembangkan melalui konflik yang diperkenalkan pada awal cerita, diperluas di tengah, dan diselesaikan di akhir. Membangun plot melibatkan empat komponen:
a.       Masalah, disajikan pada awal cerita
b.      Rintangan, disajikan di tengah cerita
c.       Puncak konflik, ini terjadi ketika masalah akan segera diselesaikan
d.      Solusi, ini terjadi pada akhir cerita dimana masalah diselesaikan dan hambatan diatasi.
Untuk mencari bagian-bagian konflik dalam plot, siswa bisa diminta untuk membuat diagram atau chart cerita.
2.      Tokoh
Tokoh adalah manusia atau binatang yang dipersonifikasikan yang terlibat dalam cerita. Tokoh merupakan elemen penting dari cerita, karena cerita berpusat pada tokoh atau kelompok tokoh. Dalam sebuah cerita biasanya ada satu atau dua atau lebih sebagai tokoh utama dan yang lainnya sebagai tokoh pendukung dalam cerita.
Mengetahui dan menyimpulkan ciri-ciri tokoh merupakan bagian penting dari membaca. Melalui sifat tokoh kita bisa mengenal tokoh utama yang baik, dan tokoh tampak menjadi hidup. Tokoh pendukung dapat sendiran akan tetapi akan digambarkan dengan jelas dari tokoh utama. Sejauh mana tokoh pendukung dikembangkan tergantung pada tujuan penulis dan kebutuhan cerita.
Tokoh digambarkan dalam empat cara yaitu penampilan, tindakan, dialog, dan monolognya. Penulis menggambarkan tokoh untuk melibatkan pembaca dalam pengalaman cerita, dan para pembaca memahami tokoh melalui apa yang digambarkan penulis tadi.
3.      Setting (latar)
Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, suasana, dan situasi terjadinya peristiwa dalam cerita. Empat dimensi dalam latar atau setting yaitu lokasi, cuaca, jangka waktu, dan waktu.
a.       Lokasi
Yaitu dimensi yang penting dalam banyak cerita,ini mengacu pada tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah cerita.
b.      Cuaca
Dimensi ini juga penting dalam beberapa cerita, namun terkadang cuaca juga tidak digambarkan penulis karena tidak akan mempengaruhi cerita.
c.       Jangka waktu
Bisa berupa cerita yang diatur di masa lalu atau masa depan.
d.      Waktu
Meliputi waktu dan berlalunya waktu. Kebanyakan cerita mengabaikan waktu siang, kecuali untuk cerita seram biasanya digambarkan terjadi setelah gelap.

Banyak juga cerita dengan jangka waktu yang singkat, kurang dari satu hari, dan kadang-kadang kurang dari satu jam. Seperti dalam Jumanji (Van Allsburg, 1981) Peter dan Judy mengalami petualangan aneh, di mana rumah mereka dikuasai oleh makhluk hutan yang aneh, sementara orang tua mereka sedang menghadiri opera, cerita ini hanya berlangsung beberapa jam. Dan dalam cerita lainnya membutuhkan rentang waktu yang lama untuk karakter utama bisa tumbuh hingga selesai.



4.      Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan dirinya terhadap cerita, dari sudut mana pengarang memandang ceritanya. Cerita ditulis berdasarkan sudut pandang tertentu dan fokus ini menentukan pemahaman sebagian besar pembaca terhadap tokoh dan alur cerita. Ada empat sudut pandang dalam hal ini yaitu person viewpoint, omniscient viewpoint, limited omniscient viewpoint, dan objective viewpoint (Lukens, 1991).
a.       Person viewpoint
Sudut pandang ini digunakan untuk menceritakan sebuah cerita melalui satu tokoh dengan menggunakan kata ganti “aku”.
b.      Omniscient viewpoint
Dalam sudut pandang ini penulis seperti Tuhan, melihat dan mengetahui segalanya. Penulis menceritakan kepada pembaca tentang cara berfikir masing-masing tokoh tanpa khawatir bagaimana informasi tersebut diperoleh. Dalam hal ini penulis mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakanginya. Penulis bebas bergerak dan menceritakan apa saja atau bahkan menyembunyikan apapun tentang tokoh dalam cerita.
c.       Limited omniscient viewpoint
Sudut pandang ini digunakan sehingga pembaca dapat mengetahui pikiran satu karakter. Kisah ini diceritakan dalam sudut pandang orang ketiga dan penulis berkonsentrasi pada pikiran, perasaan, dan pengalaman masa lalu yang signifikan dari tokoh utama atau tokoh lain yang penting. dalam sebuah cerita mungkin banyak tokoh di dalamnya namun dalam sudut pandang ini penulis tidak memberikan kesempatan pada tokoh lainnya untuk menonjol, melainkan penulis kembali ke tokoh utama atau hanya beberapa saja.
d.      Objective viewpoint
Sudut pandang ini terbatas pada saksi mata cerita dan adegan langsung. Pembaca hanya belajar dari yang terlihat dan terdengar tanpa mengetahui apa yang tokoh-tokoh dalam cerita pikirkan.

5.      Tema
Tema adalah makna yang mendasari cerita dan mewujudkan kebenaran umum tentang sifat manusia (Lehr, 1991). Tema dapat dinyatakan dalam dua cara yaitu eksplisit dan implisit. Tema eksplisit dinyatakan secara terbuka dan jelas dalam cerita. Sedangkan tema implisit hanya tersirat dalam cerita.

C.    Mengajar siswa tentang cerita
Cara yang paling penting untuk memperbaiki konsep siswa tentang cerita adalah dengan membaca dan menulis cerita, namun juga guru hendaknya membantu siswa mengembangkan konsep itu melalui minilesson yang berfokus pada unsur-unsur cerita tertentu. Minilesson biasanya diajarkan pada tahap eksplorasi dari proses membaca setelah siswa diberi kesempatan untuk membaca dan menanggapi cerita dan mendiskusikannya. Langkah-langkahnya antara lain:
1.      Memperkenalkan unsur-unsur struktur cerita
2.      Menganalisis unsur cerita
3.      Mengeksplorasi cerita, kegiatan yang dilakukan antara lain:
a.       Menceritakan kembali cerita yang telah dibaca
b.      Menuliskan kembali cerita yang telah di baca
c.       Dramatisir cerita
d.      Menyajikan pertunjukan boneka berdasarkan cerita
e.       Menggambar bagan untuk menampilkan unsur-unsur cerita
f.       Membuat buku cerita kelas, dan setiap siswa memberikan kontribusi satu halaman.
4.      Menelaah unsur cerita
Siswa diminta untuk menelaah unsur-unsur dalam cerita yang telah dibaca menggunakan kata-kata mereka sendiri.

Ada banyak cara yang bisa digunakan guru untuk menilai pengetahuan siswa tentang konsep cerita, antara lain melalui observasi siswa ketika mereka membaca dan menanggapi cerita.
Untuk memenuhi kebutuhan setiap siswa guru dapat melakukan beberapa hal di bawah ini:
1.      Membacakan cerita dengan nyaring
Hal ini dilakukan terutama pada kelas rendah yang belum bisa membaca.
2.      Berikan kesempatan kepada siswa untuk memilih sendiri cerita yang akan di baca
Jadwalkan kegiatan membaca secara teratur dan biarkan siswa memilih sendiri cerita yang ingin mereka baca. Perpustakaan harus diisi dengan berbagai macam buku, dan guru dapat memberikan penjelasan tentang cerita kepada siswa juga tentang pengarang buku cerita nya.
3.      Mendramatisir cerita
Drama adalah teknik yang efektif yang dapat digunakan siswa untuk memahami cerita yang mereka baca dan untuk menginspirasi cerita yang akan mereka tulis. Dalam drama siswa dapat bermain peran untuk lebih memahami karakter dan peristiwa sebuah cerita.
4.      Menulis kembali cerita
Siswa dapat menulis kembali cerita favorit mereka atau menceritakan kembali kisah yang dibaca dari sudut pandang tokoh.
5.      Diskusi kolaboratif dalam grup membaca dan menulis
Siswa dapat bekerjasama secara berpasangan dalam kelompok kecil untuk membaca dan menulis cerita.
D.    Membaca Cerita
Siswa menggunakan proses membaca untuk membaca, menanggapi, mengeksplorasi dan memperluas bacaan mereka.
Aesthetic Reading (Membaca Indah)
Menurut Louise Rosenblatt (1978) membaca merupakan pengalaman pribadi selama pembaca menghubungkan cerita yang mereka baca dengan kehidupan mereka sendiri dan pengalaman mereka sebelumnya dengan sastra. Tujuan dari membaca indah adalah menginterpretasikan bacaan, negosiasi makna antara pembaca dan bacaan (Rosenblatt, 1978, 1985).
Siswa menggunakan strategi untuk membuat interpretasi, strategi untuk membaca dan menanggapi cerita tersebut antara lain:
a.       Imajinasi
Siswa berimajinasi berdasarkan cerita yang mereka baca dalam pikiran mereka.
b.      Mengantisipasi
Siswa memprediksi tentang apa yang akan terjadi dalam cerita.
c.       Retrospecting
Siswa pikirkan kembali apa yang pernah mereka baca dan bagaimana dampaknya terhadap bacaan yang sedahg dibacanya sekarang.
d.      Melibatkan
Siswa melibatkan diri dalam cerita seolah-olah mereka masuk dan berada dalam cerita.
e.       Berempati
Siswa merespon dengan perasaan mereka ketika mereka membaca.
f.       Mengidentifikasi
Siswa membuat hubungan antara karakter dan dirinya sendiri.
g.      Menguraikan
Siswa membuat kesimpulan dan menambahkan informasi tentang apa yang mereka baca.
h.      Mencatat pertentangan
Siswa mencatat ketegangan lawan atau pertentangan dalam cerita.
i.        Menceritakan kembali
Siswa menceritakan kembali atau memparafrasekan apa yang telah mereka baca.
j.        Pemantauan
Siswa memastikan bahwa apa yang mereka baca masuk akal bagi mereka.
k.      Menghubungkan dengan kehidupan
Siswa membuat hubungan antara peristiwa, karakter, dan unsur lain dari cerita dengan kehidupan mereka.
l.      Menghubungkan dengan bacaan lain
Siswa membuat hubungan antara cerita yang sedang mereka baca dan cerita lain yang pernah mereka baca.
m.    Memperluas
Siswa memperluas cara pandang mereka tentang bagaimana jika mereka yang menulis cerita tersebut.
n.    Menilai dan mengevaluasi
Siswa membuat penilaian tentang mengapa mereka menyukai cerita itu atau apakah cerita itu layak untuk dibaca.
o.      Menganalisis
Siswa menganalisis penggunaan unsur cerita yang digunakan penulis.
            Intertekstualitas.
Intertekstualitas adalah interpretasi yang dibuat siswa tentang buku-buku yang mereka baca sebelumnya. Siswa menggunakan intertekstualitas ketika apa yang mereka baca memiliki kesamaan dengan bacaan mereka sebelumnya. Ada lima karakteristik intertekstualitas yaitu (Cairney, 1990, 1992):
1.      Tunggal dan unik
Pengalaman membaca siswa sebelumnya dan hubungan yang mereka buat
2.      Tergantung pada pengalaman sebelumnya
Intertekstualitas tergantung pada jenis buku yang telah siswa baca, tujuan dan minat baca, serta dari komunitas baca mana mereka berasal.
3.      Kesadaran metakognitif
Kebanyakan siswa menyadari intertekstualitas dan sadar membuat koneksi antar teks.
4.      Koneksi ke konsep cerita
Siswa mengkoneksikan cerita yang mereka baca dengan pengetahuan mereka tentang bacaan sebelumnya.
5.      Koneksi membaca dan menulis
Siswa membuat hubungan antara cerita yang mereka baca dan cerita yang mereka tulis.
Jumlah pengalaman siswa dengan membaca sebelumnya termasuk cerita dari orang tua mereka, buku-buku yang telah dibaca, atau mendengarkan guru bercerita, melalui film yang dilihat, konsep cerita mereka dan pengetahuan tentang penulis dan ilustrator, serta buku-buku yang siswa tulis, merupakan dasar intertekstual mereka (Cairney, 1992).
Salah satu cara guru mendorong siswa untuk membuat hubungan intertekstual adalah dengan mengelompokkan literatur berdasarkan text sets, mengoleksi tiga atau lebih buku yang terkait. Text sets misalnya:
1.      Cerita yang ditulis oleh penulis yang sama
2.      Cerita yang menampilkan karakter yang sama
3.      Cerita yang menggambarkan tema yang sama
4.      Cerita rakyat dengan versi yang berbeda
5.      Cerita berdasarkan genre yang sama
6.      Cerita dan buku-buku lain
Literary opposites
Terkadang dalam sebuah cerita terjadi hal yang kontras atau bertentangan, bisa antara setting nya, karakter, atau kejadian-kejadian dalam cerita.

Beradaptasi Membaca dan Menulis Cerita.
Untuk Memenuhi Kebutuhan setiap siswa
1.      Membaca Dengan keras untuk Siswa
Guru dapat membuat cerita bahwa siswa tidak dapat membaca secara mandiri bisa diakses dengan membaca keras-keras kepada siswa. Ketika siswa mendengarkan cerita bersama dalam kelompok kecil atau sebagai kelas, mereka menjadi sebuah komunitas interpretif,dan pengalaman bersama cerita mengembangkan ikatan yang kuat antara siswa. Siswa juga dapat mendengarkan cerita di sebuah pusat mendengarkan.
2.      Mendorong Siswa untuk Pilih Cerita Membaca
Guru harus menjadwalkan lokakarya membaca secara teratur sehingga siswa dapat membaca cerita sehingga mereka tertarik untuk membaca atau membaca ulang cerita favorit. Perpustakaan kelas harus diisi dengan berbagai macam buku, dan guru dapat memberikan ceramah buku untuk memperkenalkan siswa untuk cerita dan penulis dari mana mereka mungkin memilih.
3.      Mendramatisir cerita
Drama adalah teknik yang efektif yang dapat digunakan siswa untuk memahami cerita yang mereka baca dan untuk membuat cerita mereka akan menulis. Ketika siswa membaca cerita yang kompleks, mereka bisa bermain peran adegan penting dalam rangka untuk lebih memahami karakter dan peristiwa.
4.      Menulis  kembali Cerita
Siswa dapat menulis kembali cerita favorit atau menceritakan kembali kisah dari sudut pandang siswa. Banyak siswa yang lebih berhasil dalam menulis kembali cerita daripada menulis cerita asli karena mereka lebih mampu mengendalikan alur ceritanya.
5.      Bekerja sama  Membaca dan Menulis dalam Grup
Siswa dapat bekerja sama berpasangan atau dalam kelompok kecil untuk membaca dan menulis cerita. Dengan cara ini, siswa saling mendukung karena mereka membaca dan menulis.
Cara lain bahwa siswa menunjukkan pemahaman mereka tentang bagian cerita adalah dengan membuat kelompok, grafik, dan diagram. Kegiatan ini adalah hasil alami dari respon siswa untuk cerita, bukan alasan mengapa siswa membaca cerita (Urzua, 1992). Guru juga mendokumentasikan pemahaman siswa tentang unsur-unsur cerita dengan memeriksa cerita-cerita yang mereka tulis untuk melihat bagaimana mereka telah menerapkan pengetahuan mereka tentang cerita. sebagai kelas selama literatur unit fokus, mereka membaca cerita mereka memilih sendiri di kelas membaca, dan mereka membaca cerita-cerita lain sebagai bagian dari siklus tema. Siswa menggunakan proses membaca membaca, menanggapi, mengeksplorasi, dan memperluas membaca mereka. Membaca cerita dengan mahasiswa lebih dari sekedar cara yang menyenangkan untuk menghabiskan satu jam; itu adalah bagaimana kelas masyarakat diciptakan (Cairney, 1992). Membaca, menulis, dan berbicara tentang cerita ekstensi alami dari hubungan bahwa siswa telah membangun bersama-sama. Siswa berbagi cerita yang mereka baca dengan teman sekelas, dan mereka bekerja sama dalam proyek untuk memperluas interpretasi mereka.


Estetika Membaca
Menurut Louise Rosenblatt (1978), membaca merupakan pengalaman pribadi selama pembaca menghubungkan cerita yang mereka baca dengan kehidupan mereka sendiri dan pengalaman sebelumnya dengan sastra. Tujuan dari membaca estetika adalah interpretasi, negosiasi makna antara pembaca dan teks (Rosenblatt, 1978, 1985). Pembaca tidak mencari penulis "benar" yang berarti; sebaliknya, mereka menciptakan makna pribadi untuk diri mereka sendiri. Cerita membangkitkan makna berbeda dari pembaca yang berbeda atau bahkan dari pembaca yang sama pada waktu yang berbeda dalam hidupnya.
Siswa menggunakan strategi mereka membuat interpretasi. Strategi ini untuk membaca dan menanggapi cerita meliputi berikut:
1.      Pencitraan. Siswa membuat gambar atau gambar dari cerita dalam pikiran mereka.
2.      Mengantisipasi. Siswa mengantisipasi atau membuat prediksi tentang apa yang akan terjadi dalam cerita.
3.      Retrospecting. Siswa pikirkan kembali apa yang telah mereka baca dan bagaimana hasil pada apa yang sekarang mereka membaca.
4.      Melibatkan. Siswa terlibat dalam cerita, begitu banyak sehingga mereka merasa seolah-olah mereka diangkut melalui ruang dan waktu ke dalam cerita.
5.      Berempati. Siswa merespon dengan perasaan mereka ketika mereka membaca.
6.      Mengidentifikasi. Siswa membuat hubungan antara karakter dan diri mereka sendiri.
7.      Menguraikan. Siswa membuat kesimpulan dan menambahkan informasi apa yang mereka baca.
8.      Melihat berlawanan. Siswa mencatat ketegangan lawan atau kontras dalam cerita.
9.      Menceritakan kembali. Siswa menceritakan kembali atau parafrase apa yang telah mereka baca.
10.  Pemantauan. Siswa memastikan bahwa apa yang mereka baca masuk akal untuk _ mereka.
11.  Menghubungkan ke kehidupan. Siswa membuat hubungan antara peristiwa, karakter, dan aspek lain dari cerita dengan kehidupan mereka sendiri.
12.  Menghubungkan ke sastra. Siswa membuat hubungan antara cerita yang mereka baca dan cerita-cerita lain yang mereka telah membaca.
13.  Memperluas. Siswa melampaui cerita untuk berpikir tentang sekuel atau cara-cara mereka akan beradaptasi cerita jika mereka sedang menulis itu.
14.  Menilai dan mengevaluasi. Siswa membuat penilaian tentang mengapa mereka menyukai cerita atau apakah itu layak membaca.
15.  Menganalisis. Siswa menganalisis penggunaan penulis elemen struktur cerita.
Guru menjelaskan strategi ini selama minilessons, dan siswa belajar menggunakan strategi ketika mereka membaca estetis dan berpartisipasi dalam kegiatan tanggap.
Interpretasi berkembang secara bertahap. Sebagai siswa mengambil sebuah buku oleh penulis favorit atau melihat sampul buku, yang mereka sebut pikiran pengalaman masa lalu dan membuat prediksi, dan interpretasi mulai terbentuk. Hal ini terus berkembang sebagai siswa membaca, menanggapi, dan menjelajahi cerita. Sebagai siswa mendiskusikan cerita dan menulis tanggapan dalam membaca log, penafsiran memperdalam. Mahasiswa bergerak di luar teks yang sebenarnya karena mereka bekerja pada proyek-proyek, dan proyek-proyek ini memperpanjang interpretasi lebih lanjut.
Siswa menggunakan sikap estetika ketika membaca cerita, yang bertentangan dengan sikap eferen ketika mereka membaca untuk mengingat informasi. Sikap pembaca mengambil menunjukkan fokus perhatian mereka selama membaca. Dalam studinya tentang efek sikap estetika dan eferen pada interpretasi keempat, anak kelas enam, dan delapan cerita, Joyce Banyak (1991) menemukan bahwa siswa yang membaca estetis memiliki kadar interpretasi.
Guru mendorong membaca estetika dan interpretasi dalam banyak hal. Dari cerita-cerita mereka berbagi dengan siswa untuk minilessons mereka mengajar dan jenis respon dan kegiatan menjelajahi mereka berencana untuk siswa, guru mengatur iklim kelas untuk membaca estetika.
intertekstualitas. Sebagai siswa membuat interpretasi, mereka membuat koneksi ke buku-buku yang mereka baca sebelumnya, dan koneksi ini disebut intertextu-ality (de Beaugrande, 1980). Siswa menggunakan intertekstualitas karena mereka menanggapi buku yang mereka baca dengan mengakui kesamaan antara karakter, plot, dan tema. Siswa juga menggunakan intertekstualitas karena mereka menggabungkan ide-ide dan struktur dari cerita yang mereka telah membaca ke dalam cerita yang mereka tulis. Lima karakteristik intertekstualitas adalah (Cairney, 1990, 1992):
1.      Individu dan unik. Pengalaman sastra siswa dan hubungan mereka membuat di antara mereka berbeda.
2.      Tergantung pada pengalaman sastra. Intertekstualitas tergantung pada jenis buku siswa telah membaca, mereka tujuan dan minat baca, dan masyarakat sastra mana mereka berasal.
3.       kesadaran metakognitif. Kebanyakan siswa menyadari intertekstualitas dan sadar membuat koneksi antara teks.
4.      Link ke konsep cerita. Koneksi Mahasiswa di antara cerita yang terkait dengan pengetahuan mereka tentang sastra.
5.       koneksi Membaca-menulis. Siswa membuat hubungan antara cerita yang mereka baca dan cerita yang mereka tulis.
Jumlah pengalaman siswa dengan literatur termasuk cerita orang tua telah membaca dan diberitahu untuk anak-anak, buku-buku siswa telah membaca atau mendengarkan guru membacakan, versi film yang mereka lihat, konsep mereka cerita dan pengetahuan tentang penulis dan ilustrator , dan buku-buku.
siswa telah menulis merupakan sejarah intertekstual mereka (Cairney, 1992). Penelitian Cairney menunjukkan bahwa siswa SD menyadari pengalaman masa lalu mereka dengan sastra dan menggunakan pengetahuan ini karena mereka membaca dan menulis.
Salah satu cara guru mendorong siswa untuk membuat hubungan intertekstual adalah dengan mengelompokkan literatur ke set teks, koleksi tiga atau lebih buku yang terkait dalam beberapa cara. Kemungkinan set teks meliputi:
1.      Cerita yang ditulis oleh penulis yang sama
2.      Cerita yang menampilkan karakter yang sama
3.      Cerita yang menggambarkan tema yang sama
4.      Versi yang berbeda dari cerita rakyat yang sama
5.      Cerita di genre yang sama
6.      Cerita dan buku-buku lain yang berkaitan dengan siklus tema
Sebagai siswa membaca dan mendiskusikan buku-buku ini, mereka membuat hubungan di antara mereka. Sebagai siswa berbagi koneksi mereka membuat, teman sekelas mendapatkan wawasan tentang sastra dan membangun ide-ide teman sekelas '. Guru dapat mendorong siswa dan meminta mereka untuk menggambarkan kesamaan antara buku-buku. Siswa juga bisa membuat grafik dan diagram lainnya untuk membandingkan penulis, karakter, dan aspek lain dari cerita.
        Sastra Lawan. Cerita biasanya dibangun di sekitar bertentangan atau kontras, dan ini bertentangan sastra membantu menciptakan kegembiraan dalam sebuah cerita (Temple, 1992). Dimana Wild Things Are (Sendak, 1962), misalnya, dibangun di sekitar kontras antara kamar tidur Max dan tanah-hal liar. Sementara kamar tidurnya aman dan aman, di mana hal-hal liar hidup mendebarkan tapi sedikit menakutkan, juga. Ibu Max mengirimkan dia ke kamar tidurnya untuk nakal, dan dia jelas bertanggung jawab; tapi ketika Max menjadi raja-hal liar, ia bertanggung jawab. Dalam Phyllis Reynolds Naylor Shiloh (1991), karakter utama,
        Marty Preston dan Judd Travers, yang berlawanan. Marty adalah "baik" karakter yang berani bekerja untuk kejam Travers untuk membeli anjing beagle yang telah dianiaya. Melalui pengalaman, Marty belajar tentang sifat manusia dan tentang dirinya.
        Berlawanan dapat antara pengaturan, karakter, atau peristiwa dalam cerita, dan ada lebih dari satu berlawanan di sebagian besar cerita. Sebagai contoh, setelah membaca Steig Amos dan Boris (1971), kelas siswa kelas III yang terdaftar bertentangan ini:
o   sedikit besar
o   hewan tanah hewan laut
o   membantu dibantu
o   Amos dan Boris Singa dan Tikus
o   kematian hidup
o   mengingat melupakan
o   berharap harapan
o   di laut keluar dari laut
o   halo selamat tinggal
Siswa masing-masing memilih sebaliknya yang tampaknya paling penting bagi mereka dan menggambar dan menulis tentang mereka. Ini adalah cara yang berharga bagi siswa untuk berpikir secara mendalam tentang cerita. Seorang mahasiswa membuat dasi intertekstual antara

Dalam Unit Fokus Sastra
Guru merencanakan literatur unit fokus menampilkan cerita populer Beberapa unit fokus sastra memiliki satu buku, baik buku gambar atau buku bab, dan lain-lain memiliki satu set teks buku. Selama unit ini siswa  melalui lima tahap proses membaca ketika mereka membaca dan menanggapi cerita. Beberapa kegiatan di setiap tahap adalah:
1.      Mempersiapkan untuk membaca. Guru memperkenalkan cerita atau kisah-kisah dan mengaktifkan pengetahuan latar belakang siswa.
2.      Membaca. Siswa membaca cerita dari beberapa cara: Mereka mungkin mendengarkan guru membaca buku dengan suara keras, membacanya secara mandiri atau dengan seorang teman, atau membacanya melalui membaca bersama.
3.      Menanggapi. Siswa menanggapi cerita melalui diskusi dan dengan menulis di catatan.
4.      Menjelajahi teks. Siswa berpartisipasi dalam berbagai kegiatan mengeksplorasi untuk menggali lebih dalam ke dalam cerita. Siswa juga menambahkan kata-kata yang menarik dan penting dari cerita ke dinding kata. Guru sering mengajar minilessons tentang unsur-unsur cerita, membaca estetika, interpretasi, strategi membaca, dan topik lainnya selama tahap ini.
5.      Memperluas penafsiran. Siswa mengerjakan proyek-proyek untuk memperpanjang interpretasi mereka
konsultasi cerita dan berbagi proyek mereka selesai dengan teman sekelas.
Kelas kedua mungkin menghabiskan seminggu membaca Norak Penguin (Lester, 1988), kisah populer tentang penguin eksentrik yang menyimpan semua penguin dari beberapa pemburu. Selama siswa satuan membaca kisah beberapa kali, menanggapi cerita, berpartisipasi dalam berbagai kegiatan mengeksplorasi, dan melakukan proyek-proyek untuk memperluas interpretasi mereka. Sebuah rencana selama seminggu untuk mengajar unit di Norak Penguin disajikan pada Gambar 9-11.
Beberapa jenis kegiatan menjelajahi termasuk dalam rencana ini. Salah satu jenis berfokus pada kosakata. Pada hari Senin, siswa menuliskan kata-kata dari cerita di dinding kata; hari berikutnya mereka membaca ulang kata-kata dan mengurutkan mereka sesuai dengan karakter mereka lihat; dan pada hari Kamis guru mengajarkan minilesson tentang mengelupas akhiran -ty untuk mempelajari "main" kata (word root). Hal ini tidak biasa untuk mengajarkan pelajaran tentang akhiran derivatif di kelas dua, tapi anak-anak kelas kedua melihat bahwa banyak dari kata-kata di dinding kata memiliki -ly pada akhir mereka dan sering bertanya tentang akhiran.
Kegiatan lain meneliti karakter. "Guru FHE mengajarkan minilesson pada karakter pada Selasa. Kemudian siswa membuat cluster karakter tentang Norak dan menarik pikiran terbuka untuk menunjukkan apa yang norak berpikir. Untuk membuat potret pikiran terbuka, siswa menggambar potret penguin, dipotong sekitar kepala sehingga akan flip terbuka, dan .draw atau menulis apa yang norak berpikir pada lembar kertas lain yang telah terpasang di belakang kertas dengan potret.
Studi Genre. Unit Genre memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar tentang genre tertentu atau kategori sastra. Jalan cerita Siswa menggambarkan genre dan kemudian berpartisipasi dalam berbagai kegiatan untuk memperdalam interpretasi dan pengetahuan mereka tentang genre. Dalam unit ini siswa berpartisipasi dalam kegiatan ini:
1.      Senin
·         Bicara tentang penguin untuk memperkenalkan cerita.
·         Baca cerita dengan keras kepada siswa karena mereka mengikutinya dalam salinan mereka cerita. Berhenti beberapa kali dan meminta siswa untuk membuat prediksi.
·         Diskusikan cerita dalam percakapan besar. Tanyakan mengapa Norak disebut "aneh" burung. Tanyakan apakah siswa berpikir mereka lebih seperti norak atau lebih seperti penguin lain.
·         Menambahkan kata-kata bahwa siswa menyarankan untuk dinding kata.
·         Mintalah siswa menggambar dan menulis tentang kisah di catatan mereka.
2.      Selasa
·         Mintalah siswa membagikan entri log membaca mereka dalam kelompok-kelompok kecil, dan memiliki satu stu¬dent dari setiap kelompok saham dengan kelas.
·         Membaca ulang kata-kata di dinding kata. Pingsan kartu kata untuk siswa untuk mengurutkan ac¬cording apakah mereka berhubungan dengan norak, dengan penguin lain, atau pemburu.
·         Mintalah siswa membaca ulang cerita dengan seorang teman.
·         Ajarkan minilesson tentang karakter dan menjelaskan bahwa penulis mengembangkan karakter dalam empat cara.
·         Membuat cluster karakter tentang Norak.
·         Mintalah siswa menggambar potret Norak dan menambahkan pikiran terbuka untuk menunjukkan apa yang dia pikirkan.
3.      Rabu
·         Buatlah daftar pertanyaan siswa tentang penguin.
·         Nyata keras A Tahun Penguin (Banner, 1981) untuk menjawab banyak pertanyaan mereka. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian yang tersisa.
·         Membicarakan kemungkinan proyek dan mulai bekerja pada proyek-proyek.
4.       Kamis
·         Bekerja pada proyek-proyek.
·         Baca kembali Norak Penguin dengan kelompok-kelompok kecil siswa.
·         Ajarkan minilesson pada akhiran - / y dan bagaimana "kulit" akhiran off untuk menemukan kata utama. Menggunakan kata-kata dari dinding kata untuk pelajaran.
5.      Jumat
·         Menyelesaikan pekerjaan pada proyek-proyek.
·         Proyek saham.
·         Mintalah siswa menambahkan kutipan favorit dari cerita ke poster penguin besar.
·         Akhiri unit fokus sastra dengan diskusi untuk menghargai cerita dan merenungkan unit.

Baca beberapa cerita yang menggambarkan genre. Pelajari karakteristik genre. Baca kisah lain menggambarkan genre.
Merespon dan mengeksplorasi cerita bergenre. Menulis atau menulis ulang cerita mencontohkan genre.
Studi Genre tentang sastra tradisional, termasuk dongeng, cerita rakyat, legenda, dan mitos, sangat cocok untuk siswa SD.
Selama studi genre cerita rakyat, misalnya, siswa kelas tiga membaca cerita rakyat seperti The Little Red Hen (Zemach, 1983), The Mitten (Brett, 1989), dan Little Red Riding Hood (Hyman, 1983), dan guru menjelaskan bahwa cerita ini adalah cerita rakyat dan cerita rakyat yang merupakan cerita yang relatif pendek yang berasal sebagai bagian dari tradisi lisan. Mereka membuat daftar karakteristik dari cerita rakyat:
        Cerita ini sering diperkenalkan dengan kata-kata "pada suatu hari atau dahulu kala."
        Pengaturan biasanya umum dan dapat ditemukan di mana saja.
        Struktur plot sederhana dan mudah.
        Masalah biasanya berkisar perjalanan dari rumah untuk melakukan beberapa tugas, sebuah perjalanan yang melibatkan konfrontasi dengan rakasa, perubahan ajaib dari rumah keras ke rumah aman, atau konfrontasi antara karakter yang bijaksana dan karakter bodoh.
        Karakter digambarkan dalam satu dimensi, baik atau buruk, bodoh atau pintar, atau rajin atau malas.
        Akhir senang, dan semua orang "hidup bahagia selamanya."
Kemudian siswa menghabiskan beberapa hari membaca dan menanggapi rakyat-cerita lain dari layar khusus yang dibentuk di dalam kelas. Guru membawa kelas bersama-sama, dan mereka berbagi cerita rakyat yang mereka telah membaca dan menemukan contoh dari karakteristik dalam cerita-cerita. Kemudian guru menjelaskan bahwa cerita rakyat memiliki motif, atau kecil, elemen berulang, seperti tiga keinginan, cincin magis, atau karakter yang penipu. Selanjutnya guru menyajikan daftar ini enam motif umum, dan siswa menyebutkan cerita rakyat yang menggambarkan setiap motif:
        Sebuah tidur panjang atau pesona. The Sleeping Beauty (Yolen, 1986) adalah contoh dari sebuah cerita dengan motif tidur panjang.
        kekuatan Magis. Karakter dalam cerita rakyat sering memiliki kekuatan magis, seperti sahabat bodoh dalam The Fool Dunia dan Flying Ship (Ran - beberapa, 1968).
        transformasi Magis. Dalam cerita-cerita seperti Beauty and the Beast (Mayer,
        1978), karakter ajaib berubah dari satu bentuk ke yang lain.
        benda Magis. Benda ajaib memainkan peran penting dalam beberapa cerita rakyat. Salah satu contoh adalah Aladdin dan Lampu Indah (Carrick, 1989).
        harapan. Karakter diberikan keinginan tapi kadang-kadang tidak bijaksana menggunakannya, seperti dalam The Stonecutter (Newton, 1990).
        Tipuan. Hewan dan manusia menipu satu sama lain dalam banyak cerita rakyat. Untuk contoh, trik serigala gadis kecil di Little Red Riding Hood (Hyman, 1983).
Siswa menghabiskan beberapa hari lagi membaca dan membaca ulang cerita rakyat dan menemukan contoh lain dari motif.
Selanjutnya, siswa membaca berbagai versi "Cinderella" dalam kelompok-kelompok kecil. Kemudian mereka kembali bersama sebagai sebuah kelas untuk berbicara tentang membaca dan membuat grafik untuk membandingkan versi. Kemudian pada siswa Unit bekerja pada proyek-proyek. Beberapa memilih untuk menulis versi mereka sendiri cerita rakyat, beberapa membuat wayang dan menghasilkan drama cerita rakyat, dan lain-lain membaca versi cerita rakyat yang berbeda dan
Dalam unit studi penulis, siswa membaca buku yang ditulis oleh penulis fitur dan belajar tentang penulis.
Studi penulis. Selama studi penulis, siswa membaca dan menanggapi cerita yang ditulis oleh seorang penulis tertentu. Mereka juga belajar tentang penulis, atau gaya penulisan, dan informasi menarik lainnya tentang seseorang. Jika memungkinkan, siswa menulis kepada penulis atau mengatur untuk bertemu dia.
Salah satu cara yang siswa belajar tentang penulis dan ilustrator adalah dengan membaca tentang mereka. Sejumlah biografi dan otobiografi penulis terkenal dan ilustrator, termasuk Beatrix Potter (Aldis, 1969), Jean Fritz (1992), dan Tomie de Paola (1989), tersedia untuk siswa SD. Filmstrips, kaset video, dan bahan audiovisual lainnya tentang penulis dan ilustrator menjadi semakin tersedia. Selain itu, siswa atas kelas dapat membaca artikel tentang penulis favorit. Banyak artikel profil penulis dan ilustrator telah diterbitkan dalam Bahasa Seni, Horn Book, dan jurnal lainnya, yang guru dapat klip dan berkas. Lampiran B berisi buku, artikel, dan bahan audiovisual tentang penulis.
Dalam Lokakarya membaca
Membaca lokakarya membawa "dunia nyata" membaca ke dalam kelas. Siswa membaca dan menanggapi cerita dengan cara yang otentik, lebih seperti orang lakukan di luar pengaturan sekolah. Mereka memilih buku yang mereka ingin membaca. Kadang-kadang mereka memilih buku-buku oleh penulis favorit, buku yang direkomendasikan oleh teman sekelas, atau favorit tua mereka ingin membaca ulang. Saat mereka membaca, siswa begitu terlibat dalam membaca bahwa mereka sering kehilangan jejak di mana mereka dan tidak mendengar ketika seseorang memanggil Nama mereka
. Siswa merespon secara emosional-dengan tertawa atau menangis-dan membuat koneksi dengan kehidupan mereka sendiri dan literatur lain yang mereka telah membaca. Guru mendorong siswa untuk mengembangkan interpretasi selama tiga bagian membaca lokakarya. Mereka mengajarkan minilessons tentang membaca estetika, interpretasi, dan strategi membaca, dan mereka memberikan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan apa yang mereka pelajari ketika mereka membaca dan menanggapi cerita. Selama waktu membaca independen, mahasiswa bergerak melalui lima tahap proses membaca. Mereka memilih cerita yang mereka akan membaca dan memulai proses interpretasi selama tahap mempersiapkan dibaca. Selanjutnya, mereka membaca cerita independen, dengan seorang teman, atau dalam kelompok kecil. Setelah membaca, mereka menulis dan menggambar respon dalam log membaca dan berbicara tentang kisah dengan sekelompok kecil mahasiswa atau dalam sebuah konferensi dengan guru. Ketika siswa particu¬larly menikmati cerita, mereka memperpanjang pengalaman membaca dengan bekerja pada sebuah proyek. Mereka berbagi cerita dan proyek mereka selama waktu bersama. Berbagi adalah waktu sosial, dan ketika siswa berbagi cerita yang mereka baca, mereka memiliki kesempatan untuk merayakan membaca dan menghargai cerita. Berbagi juga penting karena siswa sering memilih buku berdasarkan sekelas 'rekomendasi .Guru sering terhubung membaca lokakarya dengan unit fokus literatur dan studi penulis. Mereka mungkin mulai dengan sebuah buku yang semua siswa di kelas membaca, dan kemudian pindah ke sebuah lokakarya membaca sehingga siswa dapat membaca sendiri. Sebagai contoh, selama unit fokus sastra, siswa dapat membaca Bunnicula: Sebuah rabbit-Tale of Mystery (Howe & Howe, 1979) bersama-sama sebagai kelas dan kemudian membaca buku-buku lain dalam seri dalam lokakarya membaca. Atau, selama unit pada cerita rakyat, siswa dapat membaca beberapa cerita rakyat bersama-sama sebagai kelas dan kemudian masuk ke kelompok-kelompok kecil untuk membaca cerita rakyat lainnya. Selama unit penulis pada Tomie de Paola, Eric Carle, atau Beverly Cleary, siswa dapat membaca satu atau lebih buku bersama-sama sebagai kelas dan kemudian masuk ke kelompok-kelompok kecil untuk dibaca orang lain.

Dalam Siklus Tema
Siswa sering membaca cerita sebagai bagian dari siklus tema, dan cerita berguna karena mereka memberikan sudut pandang tambahan untuk yang diberikan dalam buku informasi. Cerita personalisasi sejarah dengan cara yang buku informasi tidak bisa. Banyak cerita telah ditulis untuk acara kronik dalam sejarah Amerika. Berikut ini adalah sampling:
Kehidupan di Connecticut koloni-The Witch of Blackbird kolam (Speare, 1958)
Revolusi Amerika-Johnny Tremain (Forbes, 1970) Budak trade-The Slave Dancer (Fox, 1973)
Hidup di New England pabrik kota-Lyddie (Paterson, 1991) The California emas rush-Chang Kertas Pony (COERR, 1988)
Pelopor bepergian barat-Cassies Journey: Pergi Barat pada 1860-an (Har¬vey, 1988)
Penyelesaian anak yatim di padang rumput peternakan-A Family Apart (Nixon, 1987)
Yahudi Rusia yang datang ke Amerika untuk agama kebebasan Molly Pilgrim (Cohen, 1983)
Diskriminasi yang dihadapi Afrika Amerika di Mississippi selama tahun 1930-Rol1 Guntur, Mendengar Cry My (Taylor, 1976)
Interniran Jepang Amerika 'di kamp konsentrasi selama Perang Dunia II-Journey to Topaz (Uchida, 1971)
Buku-buku ini fiksi sejarah, dan pengaturan sejarah telah dijelaskan secara akurat; Selain itu, kisah-kisah ini memperkenalkan pembaca untuk karakter yang mudah diingat dan tema ini yang melampaui periode sejarah di mana buku diatur.
Siswa juga membaca buku-buku yang berhubungan dengan tema sains. Sebagai contoh, selama siklus tema pada tikus, kelas multi-usia pertama, kedua, dan ketiga anak kelas membaca banyak cerita-cerita tentang tikus.
Siswa di kelas ini memiliki dua tikus sebagai hewan peliharaan kelas, dan rasa ingin tahu mereka tentang hewan peliharaan mereka mengatur panggung untuk tema. Guru membaca beberapa buku dengan suara keras kepada siswa, dan siswa membaca buku-buku lain secara mandiri atau dengan teman-teman selama membaca lokakarya. Setelah membaca, siswa berbicara tentang cerita dan menarik dan menulis tanggapan pada tikus mereka log belajar. Mereka juga melakukan proyek-proyek untuk memperpanjang interpretasi mereka.
Menilai Interpretasi Cerita siswa
Interpretasi siswa yang unik dan personal, dan memiliki siswa menjawab pertanyaan pemahaman atau mengisi kekosongan pada lembar kerja bukan merupakan teknik penilaian yang efektif. Guru dapat lebih baik menilai interpretasi siswa dengan cara-cara (Cairney, 1990):
        Dengarkan siswa ketika mereka berbicara tentang kisah-kisah selama percakapan besar dan diskusi sastra lainnya.
        Baca entri siswa di catatan.
        Penggunaan catatn siswa strategi membaca.
        Amati partisipasi siswa dalam kegiatan mengeksplorasi.
        Periksa proyek yang siswa lakukan.
Guru juga meminta siswa untuk merefleksikan interpretasi mereka selama membaca konferensi atau membaca entri log.







MENULIS CERITA
Sebagai siswa membaca dan berbicara tentang sastra, mereka belajar bagaimana penulis cerita kerajinan. Mereka juga menarik dari cerita yang mereka telah membaca karena mereka membuat cerita mereka sendiri, terjalinnya beberapa ide cerita dan beradaptasi unsur-unsur cerita untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri (Atwell, 1987; Graves, 1989; Hansen, 1987; Harste, pendek, & Burke, 1988; Harwayne, 1992). Dalam penelitiannya tentang intertekstualitas, Cairney (1990) menemukan bahwa siswa SD berpikir tentang cerita yang mereka telah membaca karena mereka menulis, dan Blackburn (1985) menggambarkan siklus intertekstualitas: Siswa membaca dan berbicara tentang buku-buku perdagangan; mereka menuliskan dari cerita yang mereka telah membaca ke dalam cerita yang mereka tulis; mereka berbagi komposisi mereka; dan kemudian sedikit komposisi ini membuat jalan mereka ke dalam komposisi teman sekelas '. Siswa membuat link intertekstual dengan cara yang berbeda, seperti:
        Gunakan ide cerita tertentu tanpa menyalin plot.
        Salin plot dari cerita, tetapi menambahkan event baru, karakter, dan pengaturan.
        Gunakan genre tertentu mereka telah dipelajari untuk cerita.
        Gunakan karakter dipinjam dari cerita baca sebelumnya.
        Tulis menceritakan kembali cerita.
        Memasukkan konten dari buku informasi ke dalam sebuah cerita.
        Gabungkan beberapa cerita ke cerita baru.
Dua strategi pertama yang paling umum digunakan dalam studi Cairney tentang kelas enam. Sangat menarik untuk dicatat bahwa di samping strategi terakhir hanya digunakan oleh pembaca rendah, dan yang terakhir hanya dengan pembaca yang tinggi.
Siswa menggabungkan apa yang telah mereka pelajari tentang cerita ketika mereka menulis cerita, dan mereka menggunakan proses penulisan untuk menyusun dan memperbaiki cerita mereka. Mereka menulis cerita sebagai bagian dari sastra unit fokus, selama siklus tema, dan menulis lokakarya. Cerita mungkin bentuk tulisan yang paling kompleks yang siswa SD digunakan. Sulit-bahkan untuk orang dewasa-untuk kerajinan cerita yang dibentuk dengan plot dan pengembangan karakter dan elemen lain dari struktur cerita dimasukkan.
Dalam Unit Sastra Fokus
Siswa sering menulis cerita sebagai bagian dari sastra unit fokus. Kegiatan ini menulis sering dilakukan sebagai proyek selama tahap memperluas proses membaca. Siswa membuat link intertekstual dan menulis menceritakan kembali kisah-kisah, cerita baru menggunakan pola dari cerita yang mereka baca, sekuel cerita mereka telah membaca, dan cerita bergenre asli.

Menulis kembali cerita.
Siswa SD sering menulis kembali cerita mereka telah membaca dan menikmati. Ketika mereka menceritakan kembali cerita, mereka menginternalisasi struktur cerita dan bermain dengan bahasa yang digunakan penulis. Kadang-kadang siswa bekerja sama untuk menulis menceritakan kembali kolaboratif, dan di lain waktu mereka menulis kembali individu mereka sendiri.
Siswa dapat bekerja sama sebagai sebuah kelompok untuk menulis atau mendikte menceritakan kembali, atau mereka dapat membagi cerita menjadi beberapa bagian atau bab, dan setiap siswa atau sepasang siswa menulis sebagian kecil. Kemudian bagian dikompilasi. Sebuah kelas pertama grader bekerja sama untuk menentukan menceritakan kembali ini Where the Wild Things Are (Sendak, 1962) yang diterbitkan sebagai buku besar:
        Halaman 1: Max mendapat masalah. Dia takut anjingnya dan harus dikirim ke tempat tidur.
        Halaman 2: Ruangan ini berubah menjadi hutan. Ini tumbuh dan tumbuh. Halaman 3: Sebuah perahu datang untuk Max. Itu perahu pribadinya. Halaman 4: Dia berlayar ke mana hal-hal liar hidup.
        Halaman 5: Mereka membuat dia menjadi raja dari semua hal liar,
        Halaman 6: Hal-hal liar memiliki rumpus liar. Mereka menari dan digantung di pohon.
        Halaman 7: Max mengirim mereka ke tempat tidur tanpa makan malam apapun.
        Halaman 8: Lalu Max ingin kembali ke rumah. Dia melambaikan tangan dan berlayar pulang
        di perahu.
        Halaman 9: Dan makan malamnya sudah menunggunya. Itu masih panas dari microwave.
Sebagai anak kelas pertama didikte menceritakan kembali, guru mereka menulis di atas kertas grafik. Kemudian mereka membaca atas cerita beberapa kali, membuat revisi. Selanjutnya, para siswa dibagi menjadi beberapa bagian teks untuk setiap halaman. Maka siswa recopied teks ke setiap halaman untuk buku besar, menggambar untuk menggambarkan setiap halaman, dan menambahkan cover dan halaman judul. Siswa juga menulis buku-buku mereka sendiri, termasuk poin utama pada awal, pertengahan, dan akhir cerita.
Siswa juga menulis kembali cerita secara individu, dan anak-anak menggunakan gambar untuk menceritakan kembali sebagian dari cerita. Cerita ini memiliki empat halaman-halaman judul, halaman awal, halaman tengah, dan akhir-halaman dan informasi dasar tentang cerita yang terkandung dalam menceritakan kembali singkat ini.
Kadang-kadang siswa mengubah sudut pandang dalam kembali mereka dan menceritakan kisah dari sudut pandang karakter tertentu. Seorang siswa kelas empat telah menulis menceritakan kembali ini "Goldilocks dan Tiga Beruang" dari perspektif Bayi beruang:
 Suatu hari ibu saya mengatakan. Aku harus mandi. Aku benci untuk mandi, tapi aku harus.
Sementara aku sedang mandi saya, Ibu membuat sarapan. Ketika aku keluar dari bak sarapan sudah siap. Tapi Ayah marah karena sarapan bubur itu terlalu panas untuk makan. Jadi Ibu berkata, "Mari kita pergi untuk berjalan-jalan dan biarkan dingin." Saya pikir, "Oh boy, kita bisa berjalan-jalan!" Bubur saya adalah tepat, tapi aku bisa makan nanti.
Ketika kami kembali pintu depan kami terbuka. Ayah pikir itu binatang sehingga ia mulai menggeram Aku benci kalau Dad menggeram. Itu benar-benar membuatku takut. Pokoknya, tidak ada hewan di mana saja sehingga saya bergegas ke meja. Semua orang duduk untuk makan. Aku berkata, "Seseorang makan bubur saya." Kemudian Ayah melihat seseorang telah merasakan bubur nya. Dia benar-benar marah.
Lalu aku pergi ke ruang tamu karena saya tidak ingin dimarahi. Aku melihat kursi goyang saya yang rusak. Aku bilang Dad dan ia mendapat bahkan marah.
Lalu aku masuk ke kamar tidur saya. Aku berkata, "Seseorang telah tidur di tempat tidur dan dia masih di dalamnya." Jadi gadis kecil ini dengan rambut pirang panjang membangkitkan dan mulai berteriak. Ayah terpasang telinganya. Dia melompat seperti dia takut kita dan berlari keluar rumah. Kita tidak pernah melihat gadis kecil itu lagi.
Menulis Pola Cerita.
Banyak cerita memiliki pola berulang atau menahan diri, dan siswa dapat menggunakan struktur ini untuk menulis cerita mereka sendiri. Sebagai bagian dari unit fokus literatur tentang tikus, kelas pertama-kelas dibaca Jika Anda Berikan Mouse a Cookie (Numeroff, 1985) dan berbicara tentang struktur lingkaran cerita. Cerita dimulai dengan memberikan mouse cookie dan berakhir dengan mouse mendapatkan cookie kedua. Kemudian kelas pertama kali menulis cerita tentang apa yang akan mereka lakukan jika mereka diberi cookie. Seorang mahasiswa bernama Michelle menggambar diagram lingkaran yang ditunjukkan pada Gambar 9-14 untuk mengatur kisahnya, dan kemudian dia menulis cerita ini yang telah ditranskrip ke dalam ejaan bahasa Inggris konvensional:
Jika Anda memberi Michelle roti dia mungkin  ingin beberapa lolipop. Lalu ia ingin serbet untuk membersihkan wajahnya. Itu akan membuat dia lelah dan dia akan pergi ke tempat tidur untuk tidur siang. Sebelum kau tahu itu, dia akan terjaga dan dia ingin berenang di kolam renang. Lalu ia akan menonton kartun di TV. Dan dia akan mendapatkan  lagi sehingga dia akan mungkin ingin kue lain.
Judith Viorst Alexander dan mengerikan, mengerikan, ada yang baik, sangat buruk Day (1972) adalah cerita pola yang lebih canggih, dan setelah membaca buku ini, siswa sering menulis tentang hari-hari buruk mereka sendiri. Seorang siswa kelas lima bernama Yakub menulis versi yang berjudul "Jacob dan Payah, Stupid, sangat buruk Day":
Suatu hari saya naik sepeda saya dan saya jatuh dan patah lengan saya dan keseleo kaki saya.
Aku harus pergi ke rumah sakit dengan ambulans dan mendapatkan lengan saya set di gips dan kaki saya dibungkus nyata ketat dalam perban. Aku tahu itu akan menjadi payah, bodoh, hari yang sangat buruk. Saya pikir saya akan berenang ke China.
Maka  harus pergi ke dokter gigi dengan adikku Melissa. Adikku tidak berlubang, tapi coba yang memiliki dua rongga. Aku tahu itu akan menjadi payah, bodoh, hari yang sangat buruk. Saya pikir saya akan berenang ke China.
Ibuku merasa buruk bagi saya karena itu adalah hari yang buruk sehingga ia pergi dan membeli saya hadiah-dua game Nintendo. Tapi adikku mulai berkelahi dengan saya dan ibu saya menyalahkan saya untuk itu meskipun itu bukan salahku. Jadi ibuku mengambil laga tandang. Aku ingin tahu apakah ada saudara yang lebih baik di Cina?
Menulis Sekuel.
Siswa sering memilih untuk menulis sekuel sebagai proyek selama literatur unit fokus. Sebagai contoh, setelah membaca The Sign of the Beaver (Speare, 1983), siswa sering menulis sekuel di mana Matt dan Attean bertemu lagi. Siswa menulis petualangan tambahan tentang ular boa setelah membaca The Day Jimmy Boa Makan Wash (Noble, 1980). Banyak cerita meminjamkan diri untuk sekuel, dan siswa menikmati memperluas cerita favorit.
Menulis Cerita Genre.
Selama beberapa unit fokus sastra, siswa membaca buku dan belajar tentang genre tertentu, seperti cerita rakyat, fiksi sejarah, mitos, atau dongeng, Setelah belajar tentang genre, siswa mencoba tangan mereka di menulis cerita yang menggabungkan karakteristik genre. Setelah membaca cerita jahe manusia, kelas anak TK ditentukan cerita ini yang guru mereka menulis pada kertas grafik. Menariknya, para siswa diminta guru mereka untuk menulis cerita dalam dua kolom. Pada kolom kiri guru menulis cerita, dan di kolom kanan dia menulis menahan diri:
  Kuda Berlari
        Sekali waktu Lari, lari,
        ada kuda. secepat Anda bisa,
        Dia melompati Anda tidak bisa menangkapku!
        gerbang stabil dan melarikan diri.
        Menulis Cerita 351
        Dia bertemu seorang petani. Run, jalankan,
        Petani mengejar dia secepat yang Anda bisa,
        tapi kuda berjalan Anda tidak dapat menangkap mel
        secepat angin.
        Kuda itu bertemu anjing. Run, jalankan,
        Anjing mengejar dia. secepat Anda bisa,
        Kuda itu berjalan Anda tidak dapat menangkap mei
        secepat angin.
        Kuda itu memenuhi serigala. Run, jalankan,
        Serigala mengejar dia. secepat Anda bisa,
        Kuda itu berjalan Anda tidak bisa menangkap saya!
        secepat angin.
        Kemudian kuda memenuhi rubah. Snip, snap, moncong,
Dan gobbles si rubah dia. Kisah ini diceritakan keluar.
Kelas kelas tujuh membaca dan meneliti mitos dan mitos dibandingkan dari berbagai budaya. Kemudian mereka menerapkan apa yang telah mereka pelajari tentang mitos dalam kolaborasi kelas ini mitos, "Suntaria dan Lunaria: Penguasa Bumi," tentang asal-usul matahari aad bulan:
Dulu Ketika dewa masih memerintah bumi, hiduplah dua bersaudara, Suntaria dan Lunaria. Kedua saudara adalah orang-orang yang bijaksana dan kuat. Orang-orang dari seluruh bumi mencari hikmat dan nasihat mereka. Setiap manusia, dengan caranya sendiri, baik dan adil, namun keduanya berbeda seperti emas dan batubara. Suntaria itu besar dan kuat dengan mata biru dan rambut cemerlang emas. Rambut dan mata Lunaria itu adalah hitam paling hitam.
Suatu hari Zeus, melihat ke bawah dari Gunung Olympus, memutuskan bahwa bumi membutuhkan pemimpin-orang untuk mengawasi orang-orang setiap kali ia menjadi terlalu lelah atau terlalu sibuk untuk melakukan pekerjaannya. Matanya jatuh pada Suntaria dan Lunaria. Kedua orang bijaksana dan jujur. Kedua pria akan penguasa yang baik. Yang laki-laki akan menjadi penguasa pertama di bumi?
Zeus memutuskan hanya ada satu cara yang adil untuk memecahkan masalahnya. Dia mengirim nya mes-Senger, Postlet, turun ke bumi dengan suara memerintahkan manusia untuk memilih seorang raja. Hanya ada dua nama di surat suara-Suntaria dan Lunaria.
Setiap manusia sebagai dan setelah surat suara ditempatkan dalam kotak aman, Postlet re¬turned mereka untuk Zeus. Selama tujuh tahun Zeus dan Postlet dihitung dan menceritakan bal¬lots. Setiap kali mereka datang dengan hasil yang sama: 50% dari orang yang untuk Suntaria dan 50% adalah untuk Lunaria. Hanya ada satu hal Zeus bisa melakukan. Dia menyatakan bahwa baik pria akan memerintah atas bumi.
Ini adalah bagaimana hal itu, dan ini adalah bagaimana itu. Suntaria masih menyebar sinar keemasan hangat untuk menguasai hari-hari kita. Pada malam hari ia melangkah turun dari tahtanya, dan gelap, jam tangan malam lembut Lunaria dan melindungi kita sementara kita bermimpi.
Para siswa yang tergabung karakteristik mitos dalam cerita mereka. Pertama, mitos mereka menjelaskan fenomena yang baru-baru ini telah dijelaskan secara ilmiah. Pengaturan ini latar belakang dan nyaris membuat sketsa. Akhirnya, charac¬ters dalam mitos mereka adalah pahlawan dengan kekuatan gaib. Sangat menarik untuk membandingkan mitos ini dengan matahari dan bulan mitos diberitahu oleh aborigin Australia, penduduk asli Amerika, Nigeria, dan Polinesia dikumpulkan dalam Legends of Matahari dan Bulan (Hadley & Hadley, 1983).
Dalam Siklus Tema
Siswa juga menulis cerita sebagai bagian dari siklus tema. Selama siklus tema pada cuaca, siswa mungkin menulis cerita diatur dalam berbagai jenis cuaca, atau selama Tema upper-kelas pada kehidupan abad pertengahan, siswa mungkin menulis cerita diatur di sebuah puri. Dalam cerita ini, siswa menenun informasi yang mereka pelajari ke dalam cerita mereka. Misalnya, kelas multi-usia siswa kelas menengah bepergian di seluruh dunia selama studi sosial siklus tema tahun panjang mereka. Ketika mereka mempelajari Hawaii, para siswa menulis cerita dan dimasukkan ke dalam informa¬tion kisah mereka, karena cerita ini siswa menunjukkan:
 Liburanku ke Hawaii
Hari ini aku mencapai Hawaii, negara kelima puluh. Dalam perjalanan ke hotel saya saya melihat bidang tebu, kopi dan nanas. Lalu aku menghentikan mobil saya. Ada kelapa berbaring di tengah jalan. Aku keluar dan mendapatkannya. Sebuah kelapa adalah buah yang mengandung susu di dalamnya. Namun susu tidak membusuk.
Akhirnya saya sampai ke hotel saya. Hotel saya adalah oleh gunung berapi yang disebut Diamond Head. Ini adalah gunung berapi yang paling dikenal di pulau-pulau. Saya sangat senang berada di atas sebuah hotel tinggi 15 cerita. Aku ingin pergi berselancar di Samudera Pasifik, tapi aku sampai ke bagian dari hari itu hujan mulai turun, hujan setiap hari di sini. Yah, aku akan pergi makan sandwich. Kepulauan Hawai¬ian pertama kali ditemukan oleh Kapten. James Cook pada 1778. Ia bernama mereka Kepulauan Sandwich,
Sekarang aku akan pergi ke museum. Aku mendengar mereka memiliki panduan perjalanan hari ini dan aku akan pergi. Ketika aku sampai di sana mereka memberi saya peta mana kita akan pergi. Kita akan pergi ke ladang kopi. Yuck! Aku benci kopi tapi aku akan pergi karena Hawaii adalah satu-satunya negara yang tumbuh kopi.
Selanjutnya kita akan menuju oleh Pearl Harbor. Jika Anda seorang pencinta perang dan Anda ragu bagaimana Amerika Serikat masuk Perang Dunia 2, baik, itu karena Jepang membom Pearl Harbor pada tahun 1941. Ada sekitar 68 orang di bus ini dan sekitar 100 lebih orang yang menunggu kembali museum.
Oh dan malam ini aku akan menari hula. Besok reservasi hotel saya ini berakhir jadi saya lebih baik pergi pak jadi saya akan siap untuk tari hula. Lalu aku pergi ke Australia.
Meskipun penyisipan informasi tentang Hawaii dalam cerita ini agak canggung, siswa bangga bahwa ia bisa memasukkan lebih dari 10 fakta dalam ceritanya.
Workshop Menulis
Banyak tulisan yang siswa lakukan selama menulis lokakarya adalah cerita. Kelas pertama sering menulis draf cerita tunggal yang menampilkan ilustrasi menonjol dan terikat ke dalam buku, tetapi siswa yang lebih tua dan lebih berpengalaman penulis bergerak melalui lima tahap proses penulisan karena mereka menulis cerita. Siswa menerapkan apa yang telah mereka pelajari tentang unsur-unsur struktur cerita dalam kisah-kisah mereka, dan guru sering mengajarkan minilessons tentang unsur-unsur struktur cerita saat menulis lokakarya.
Banyak siswa menulis cerita tentang hewan peliharaan mereka dan anggota keluarga. Dalam contoh ini, siswa kelas pertama menulis tentang anjingnya Sebastian. Kisahnya berjudul "Sebastian Goes ke Circus," dan ditulis dalam format buku dengan kalimat dan gambar pada setiap halaman:
        Halaman 1: Sebastian berjalan ke sirkus.
        Halaman 2: Ini membawanya waktu lama untuk sampai ke sirkus.
        Halaman 3: Ketika ia sampai di sana ia tidak dapat menemukan seorang pria untuk membantunya.
        Halaman 4: Sebastian mencoba untuk melakukan beberapa trik tapi ia tidak bisa.
        Halaman 5: Dia menemukan Trainer Anjing dan dia belajar untuk melakukan banyak trik. Halaman 6: Sekarang dia adalah anjing sirkus paling terkenal di dunia!





















DAFTAR PUSTAKA

Tomkins, Gail. E. Hoskisson, Kenneth. (1995). Language Arts Content and Teaching
Strategies. USA : Prentice – Hall, Inc.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar