Senin, 09 Maret 2015

Penelitian Deskriptif

 


PENELITIAN DESKRIPTIF
Penelitian dalam pendidikan ada banyak jenis. Salah satu yang akan dibahas dalam bagian ini adalah penelitian deskriptif (descriptive research). Penelitian deskriptif perlu dimengerti oleh pendidik agar dalam melaksanakan tugasnya dapat menjelaskan tentang kejadian pendidikan. Terutama dalam hal yang sedang menjadi topik saat ini. Gambaran ini dimaksudkan agar pendidik memiliki ketrampilan dasar dalam membuat penelitian yang lain.
A.     Konsep Penelitian Deskriptif
Menurut Gall (2003:289) penelitian deskriptif adalah penelitian dasar yang menjelaskan suatu fenomena atau kejadian tentang alam sekitar dan manusia dalam bentuk tindakan, perubahan tingkah laku dan kesamaan kejadian satu dengan kejadian lain. Misalnya dalam pendidikan ditemukan sebuah metode pembelajaran yang baru. Kemudian dijelaskan tentang metode tersebut secara lengkap. Gambaran lengkap tersebut sampai pada kelemahan dan kekurangan serta membandingkan dengan metode lain, agar pengguna metode dapat menggunakan secara mudah dalam pembelajaran. Selain itu pengguna metode atau pembaca dapat memiliki gambaran tentang proses metode baru itu akan digunakan.
Sukmadinata (2006:72) menjelaskan  penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya
Menurut Sukardi (2013:54) penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan dan menjawab persoalan-persoalan suatu fenomena atau peristiwa yang terjadi saat ini,baik tentang fenomena dalam variabel tunggal maupun korelasi dan atau perbandingan berbagai variabel. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk memperoleh informasi mengenai suatu fenomena atau kejadian  untuk menggambarkan apa yang terjadi dalam kejadian tersebut yang berhubungan dengan variabel atau kondisi dalam suatu situasi.(http://www.okstate.edu/ag/agedcm4h/  academic/aged5980a/5980/newpage110.htm.)
Menurut McMillan (2001:283), penelitian deskriptif  berkaitan dengan status saat ini atau masa lalu sesuatu. Jenis penelitian hanya menggambarkan prestasi, sikap, perilaku, atau karakteristik lain dari kelompok mata pelajaran. penelitian deskriptif bertanya apa atau apa yang; itu laporan hal-hal cara mereka atau yang. penelitian deskriptif tidak melibatkan manipulasi variabel independen. penelitian deskriptif memberikan data yang sangat berharga, terutama ketika pertama kali menyelidiki suatu daerah. misalnya, telah ada banyak penelitian pada sifat iklim kelas dan hubungannya dengan sikap dan belajar siswa. langkah pertama dalam penelitian ini adalah untuk menggambarkan secara memadai apa yang dimaksud dengan iklim kelas.
Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya(Best, 1982 dalam Zainal Arifin 2012:157). Dengan kata lain penelitian deskripsi adalah penelitian yang memberikan suatu informasi yang dikumpulkan tanpa mengubah lingkungan (yaitu, tidak ada yang dimanipulasi).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian deskripsi adalah penelitain yang memberikan gambaran tentang suatu kejadian secara lengkap untuk memberikan penjelasan tentang kejadian tersebut secara nyata (tanpa manipulasi. Dalam penelitian deskriptif biasanya ingin memecahkan masalah tentang kejadian yang sedang terjadi. Artinya kejadian itu menarik dikaji saat ini.




B.     Tujuan Penelitian Deskriptif
Tujuan Penelitian Deskriptif adalah menjelaskan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Pada awalnya, penelitian deskriptif hanya untuk menggambarkan variabel-variabel tunggal sehingga tidak perlu menjelaskan korelasi atau komparasi dan tidak perlu adanya hipotesis cukup dengan pertanyaan penelitian. Namun demikan, Suharsimi Arikunto(2006) dalam Sukardi (2013:54) menegaskan  bahwa dalam perkembangannya selain menjelaskan situasi atau kejadian yang sudah berlangsung sebuah penelitian deskriptif juga dirancang untuk membuat komparasi maupun untuk mengetahui hubungan atas satu variabel pada variabel lain. Oleh karena itu, penelitian komparasi dan korelasi dimasukkan dalam kelompok penelitian deskriptif.
Menurut Gall (2003:290) tujuan penelitian deskriptif adalah
1.      Memberikan gambaran tentang suatu kejadian
Misalnya ingin menggambarkan sebarapa besar kemapuan guru dalam menggunakan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013. Dalam deskripsi ini dijelaskan tentang kurikulum 2013 dianggap baru dan pendekatan yang digunakan adalah saintifik serta bagaimana guru menerapkan pendekatan itu dalam proses pembelajarannya.
2.      Menjelaskan suatu kejadian  secara jelas dan lengkap
Misalnya ingin menjelasakan tentang apa yang dilakukan untuk merancang pembelajaran berbasis kearifan lokal dan seberapa berhasil pembelajaran tersebut dilaksanakan di dalam kelas.
3.      Menemukan sebab akibat dari suatu hubungan
Misalnya ingin membahas tentang apa pengaruh dari penggunakan pendekatan saintifik terhadap pengembangan aspek ketrampilan siswa. Dijelaskan tentang hubungan antara pendekatan saintifik dan pengaruhnya terhadap ketrampilan yang dimiliki siswa dalam proses pembelajaran.
4.      Menguji metode baru sehingga memberikan masukan kepada pengguna metode
Misalnya ingin membahas tentang penggunakan metode pembelajaran yang baru. Dalam pembahasan disebutkan tentang pandangan dari metode lama yang dianggap setara. Sehingga memberikan gambaran tentang penyempurnaan dari metode tersebut.
Menurut Zainal Arifin (2012:157), metode penelitian deskriptif banyak dilakukan oleh peneliti karena dua alasan. Pertama, dari pengamatan empiris didapat bahwa sebagian besar laporan penelitian dilakukan dalam bentuk deskriptif. Kedua, metode penelitian deskriptif sangat berguna untuk mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan maupun tingkah laku manusia.
C.     Pengukuran dalam Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif dibatasi oleh jenis dan ketersediaan kualitas tindakan. Maka penelitian ini lebih banyak mengukur tentang keragaman jenis, misalnya tes prestasi, istrumen pengamatan kelas, skala sikap, kuesioner dan wawancara. Menurut Gall (2003:290), penelitian deskriptif mempunyai keunikan sebagai berikut:
1.      Penelitian deskriptif menggunakan kuesioner dan wawancara, seringkali memperoleh responden yang sangat sedikit, akibatnya bias dalam membuat kesimpulan
2.      Penelitian deskriptif yang menggunakan observasi, kadangkala dalam pengumpulan data tidak memperoleh data yang memadai. Untuk itu diperlukan para observer yang terlatih dalam observasi, dan jika perlu membuat check list lebih dahulu tentang objek yang perlu dilihat, sehingga peneliti memperoleh data yang diinginkan secara objektif dan reliabel
3.      Penelitian deskriptif juga memerlukan permasalahan yang harus diidentifikasi dan dirumuskan secara jelas, agar di lapangan, peneliti tidak mengalami kesulitan dalam menjaring data yang diperlukan.

D.     Statistik dalam Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif  dalam menjelaskan sampel secara keseluruhan peneliti biasanya akan mendefinisikan variabel, mengukur, dan untuk setiap ukuran menghitung satu atau lebih dari statistik deskriptif yaitu, ukuran tendensi sentral (mean, median, modus) dan ukuran variabilitas (standar deviasi, varians dan jangkauan). Peneliti juga menghitung skor yang diperoleh sebagai bantuan dalam menafsirkan nilai sampel di variabel-variabel yang diukur. Berdasarkan  interpretasi bantuan skor dengan menyediakan ukuran kuantitatif relatif dari masing-masing individual  terhadap kelompok pembanding, misalnya, sampel normatif. Setara usia, setara kelas, persentil, dan skor standar adalah contoh dari nilai yang diperoleh yang umum digunakan dalam penelitian deskriptif.
E.     Jenis Penelitian Deskriptif
Jenis penelitian deskriptif berdasarkan waktu dimana variabel itu diukur menurut Gall (2003: 291-295) ada dua jenis, yaitu:
1.      Penelitian dengan sampel dalam satu waktu
Penelitian ini melibatkan suatu sampel dalam kurun waktu tertentu. Misalnya jajak pendapat atau perilaku masyarakat dalam kurun waktu tertentu. Misalnya seluruh selalu rajin mengerjakan tugas di awal semester, namun pada akhir semester banyak siswa jarang mengerjakan tugas. Penelitian jenis ini sangat sederhana namun diperlukan sebagai bahan untuk menjelaskan gambaran suatu kejadian. Misalnya setiap guru SD memiliki gaya mengajar yang bervariasidalam studi ini diharapkan memberikan gambaran tentang kemamapuan guru dalam satu waktu tertentu.
2.      Penelitian Longitudinal
Penelitian Longitudinal (Longitudinal Research) adalah salah satu jenis peneltian sosial yang membandingkan perubahan subjek penelitian setelah periode waktu tertentu. Penelitian jenis ini sengaja digunakan untuk penelitian jangka panjang, karena memakan waktu yang lama.
Menurut Cresswell (2012:379) penelitian longitudinal melibatkan prosedur survei
pengumpulan data tentang tren dengan populasi yang sama, perubahan dalam kelompok kohort atau subpopulasi, atau perubahan dalam kelompok panel dari individu yang sama dari waktu ke waktu.
 Dalam penelitian longitudinal, data dikumpulkan sekurang-kurangnya dua kali, atau dipandang setara dengan dua kali mengumpulkan data. Karena itu, waktu amat penting dalam penelitian longitudinal.
Karakteristik dan cakupan utama dari penelitian longitudinal meliputi :
a.       Data dikumpulkan untuk setiap variabel pada dua atau lebih periode waktu tertentu.
b.      Subjek atau kasus yang dianalisis sama, atau setidaknya dapat diperbandingkan antara satu periode dengan periode berikutnya.
c.       Analisis melibatkan perbandingan data yang sama dalam satu periode dengan antar metode yang berbeda.
Selain itu ada pendapat lain yang menyatakan karakteristik dari penelitian longitudinal, yaitu :
    1. Penelitian yang dilakukan beberapa waktu
    2. Setidaknya terdapat dua/lebih kali penelitian dengan topik atau gejala yang sama dalam waktu yang berbeda.
    3. Kata kunci penelitian longitudinal: ada upaya membandingkan antara hasil penelitian, biasanya untuk melihat perubahan yang  terjadi.
Kesulitan penelitian longitudinal menurut Ary ( 2011:459) adalah
a.       Penelitian ini menuntut adanya komitmen dari individu atau lembaga yang bersedia menyediakan waktu, uang dan sumber daya lainnya selama beberapa tahun sebelum proyek itu selesai.
b.      Jika sampel yang dipilih jelek, maka tidak ada sesuatu yang dapat dilakukan  untuk memperbaikinya
c.       Tidak ada variabel penelitian longitudinal baru yang dapat dimasukkan sesudah penelitian itu matang
d.      Sulit untuk mempertahankan kerjasama dengan subyek dalam jangka waktu yang lama.
Bentuk-Bentuk Penelitian Longitudinal ada empat, yaitu :
a.      Penelitian Trend
Penelitian trend merupakan salah satu bentuk penelitian longitudinal yang pada umumnya dilakukan untuk mengukur perubahan pendapat dan sikap masyarakat tentang hal-hal yang sedang hangat, misalnya bagaimana tanggapan para pendidik tentang kurikulum 2013.
Menurut Cresswell (2012:379) penelitian trend adalah desain penelitian survei longitudinal yang melibatkan mengidentifikasi populasi dan memeriksa perubahan dalam populasi dari waktu ke waktu. Contoh populer dari desain ini adalah Gallup Poll, yang digunakan selama pemilu untuk memantau kecenderungan dalam populasi pemilih primer ke pemilihan akhir.
Dalam penelitian trend, pengumpulan data dilakukan minimal dua kali. Misalnya, pengumpulan data pertama dilakukan sebelum masa diklat kurikulum 2013, dan pengumpulan data yang kedua dilakukan setelah masa diklat kurikulum 2013, atau kira-kira satu minggu atau tiga hari lagi masa diklat. Anggota sampel dalam pengumpulan data pertama dan kedua harus berbeda. Tetapi masih dalam populasi yang sama. Misalnya, dalam pengumpulan data pertama yang diambil sebagai sampel penelitian adalah daerah A, D, F maka dalam pengumpulan data yang kedua anggota sampel diambil dadri daerah B, C, dan E yang masih berada pada populasi penelitiann.
Perubahan pendapat para calon pemilih sebelum masa kampanye dan setelah berakhir kampanye akan diketahui melalui penelitian trend ini. Karena itu, sering sekali partai-partai politik, lembaga swadaya masyarakat, atau seorang calon presiden, calon gubernur dan sebagainya, melakukan atau mensponsori penelitian trend ini dapat melihat kekuatan dukungan calon pemilih dan melihat perubahan pendapat calon pemilih tentang siapa nama calon yang akan mereka pilih. Sehingga hasil penelitian trend ini dapa memprediksi kekuatan masing-masing calon dari waktu ke waktu sesuai dengan pergeseran dan perubahan pendapat di tengah-tengah masyarakat.
b.      Penelitian Kohort
Penelitian kohort (Cresswell, 2012:380) adalah desain survei longitudinal dimana peneliti mengidentifikasi subpopulasi berdasarkan beberapa studi karakteristik dan kemudian menjadi subpopulasi yang spesifik dari waktu  ke waktu. Penelitian kohort juga sama dengan penelitian trend yang mengambil data dari responden yang berbeda tetapi dalam populasi yang sama.
Penelitian kohort juga bertujuan untuk mengukur perubahan pendapat, sikap dan perilaku responden dari waktu ke waktu. Misalnya, seorang peneliti ingin meneliti bagaimana perubahan kebiasaan menonton televisi seorang anak yang berusia 5 tahun, setelah ia berusia 10 tahun dan kemudian 15 tahun. Apakah terjadi peningkatan frekuensi waktu menonton setelah anak berusia 10 dan 15 tahun atau justru pengurangan. Meneliti masalah seperti itu sesuai digunakan penelitian kohort.
Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk penelitian kohort. Pertama, dengan meneliti kebiasaan sekumpulan anak yang berusia 5 tahun tadi menonton televisi. Lima tahun kemudian, anak-anak yang berusia 10 tahun dari sampel yang berbeda tetapi dalam populasi yang sama, diteliti kembali dengan mengajukan pertanyaan yang sama. Kemudian setalah lima tahun, dilakukan kembali penelitian terhadap anak yang berusia 15 tahun dari sampel yang berbeda dalam populasi yang sama. Dengan demikian dapat diketahui perubahan kebiasaan menonton televisi pada anak-anak usia 5, 10, dan 15 tahun.
Kedua, melakukan penelitian pada waktu yang sama sekaligus kepada anak-anak yang berusia 5, 10, dan 15 tahun, dengan mengajukan pertanyaan yang sama. Karena dipandang bahwa anak-anak yang berusia 10 tahun sekarang tidak jauh berbeda dengan anak-anak yang berusia 5 tahun setelah mereka berusia 10 tahun kelak. Demikian juga dengan anak berusia 15 tahun.
Kelebihan cara yang pertama, bias perubahan lingkungan situasi dan kondisi masyarakat yang senantiasa berubah dapat dihindari. Namun, kelemahannya adalah terlalu lama memakan waktu untuk menunggu anak-anak berusia 5 tahun menjadi 10 tahun dan 15 tahun. Keadaan ini memerlukan waktu dan tenaga serta dana yang lebih banyak.
Kelebihan cara yang kedua, dapat menghemat waktu, tenaga dan dana. Disamping itu, hasil penelitian dapat diketahui lebih cepat. Namun kelemahannya, dapat terjadi bias perubahan lingkungan yang begitu cepat. Anak-anak yang berusia 10 dan 15 tahun saat ini bisa berbeda dengan anak-anak yang berusia 10 dan 15 tahun pada waktu 5 hingga 10 tahun ke depan.
c.       Penelitian Panel
Penelitian panel adalah desain survei longitudinal dimana
peneliti meneliti orang yang sama dari waktu ke waktu (Cresswell, 2012:380)
Penelitian panel juga bertujuan untuk melihat perubahan pendapat, sikap dan perilaku pada populasi tertentu. Masa pengumpulan data juga minimal dilakukan dua kali. Bedanya, dengan penelitian trend adalah dalam penelitian trend sampel penelitian pada setiap pengumpulan data pertama, kedua dan seterusnya, adalah berbeda tetapi dalam populasi yang sama. Sedangkan dalam penelitian panel, sampel penelitian pada pengumpulan data pertama dan kedua harus sama.
Penelitian panel biasanya dilakukan untuk melihat mengukur perubahan pendapat, sikap dan perilaku sekelompok masyarakat sebelum dan sesudah diperkenalkan suatu program, produk atau hal-hal yang lain yang bersifat baru. Contoh penelitian panel yang pernah dilakukan di Indonesia adalah penelitian dari Godwin C. Chu, Alfian dan Wilbur Schramm yang berjudul Social Impact of Satellite Television in Rural Indonesia. Mereka juga meneliti bagaimana pengaruh sosial satelit televisi di daerah-daerah pedesaan di Indonesia. Sebanyak 2248 responden dari lima provinsi di Indonesia dijadikan sebagai sampel penelitian. Pengumpulan data pertama dilakukan pada tahun 1976 sebelum satelit Palapa pertama diluncurkan. Kemudian data dikumpulkan kembali dari responden yang sama pada tahun 1982, yaitu setelah sekitar enam tahun satelit Palapa diluncurkan, yang memungkinkan penduduk di daerah-daerah pedesaan dapat menonton televisi.
Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa terjadi perubahan yang besar terhadap sikap dan prilaku masyarakat pedesaan sebelum dan sesudah masuknya televisi di tengah-tengah masyarakat. Perubahan itu meliputi segala aspek kehidupan, termasuk pengamalan agama dan kebiasaan bekerja.
Kelebihan penelitian panel ini dibandingkan dengan penelitian trend dan kohort adalah bahwa penelitian panel dapat menelusuri lebih jauh siapa di antara responden yang mengalami perubahan sikap dan perilaku, dan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan mereka mengalami perubahan sikap dan tingkah laku.
Namun penelitian panel juga memiliki kelemahan. Biasanya dalam pengumpulan data kedua, jumlah responden semakin berkurang akibat berbagai faktor, seperti pindah alamat, atau meninggal dunia.
d.      Cross-Sectional Studies
Dari beberapa penelitian longitudinal di atas dianggap sulit, maka peneliti kemudian menggunakan penelitian jenis ini. Penelitian longitudinal sulit karena masa perpanjangan waktu selama data harus dikumpulkan dan tantangan memperoleh hasil sebanding pada setiap titik pengumpulan data. Untuk mengatasi masalah ini, peneliti dapat mensimulasikan penelitian longitudinal dengan melakukan penelitian cross-sectional.
Menurut Cresswell (2012:377) data desain cross sectional yang diperoleh pada satu titik  waktu. Tetapi dari kelompok usia yang berbeda atau pada berbagai tahap pembangunan. Misalnya, Anda tertarik pada bagaimana siswa sikap terhadap perubahan matematika dari kelas tujuh hingga kelas dua belas. Untuk mempelajari masalah ini menggunakan desain cross sectional, Anda bisa memilih sampel siswa pada setiap tingkat kelas dan mengelola kuesioner untuk semua data yang sama atau dalam kisaran waktu sempit. Dengan demikian, periode pengumpulan data sangat singkat dan sampel gesekan tidak masalah. Penelitian cross sectional, memiliki beberapa keterbatasan. Masalah utama adalah efek dari perubahan populasi yang terjadi dari waktu ke waktu. Misalnya, dalam contoh di atas, sampel kelas tujuh mungkin merupakan perwakilan dari semua siswa yang berhak berada di kelas tujuh karena beberapa siswa putus sekolah pada tingkat kelas ini. Namun, karena banyak siswa putus sekolah sebelum lulus SMA , Sampel kelas dua belas tidak mungkin mewakili semua siswa yang layak untuk berada di kelas dua belas. Banyak siswa ini tidak lagi di sekolah. Memiliki desain panel telah digunakan sebagai gantinya, kita akan mulai dengan sampel siswa kelas tujuh dan melacak sikap mereka terhadap matematika untuk jangka waktu beberapa tahun. Beberapa siswa dalam sampel mungkin putus sekolah dari waktu ke waktu, tetapi perubahan dalam sikap mereka untuk periode waktu yang tidak mereka tetap bersekolah dianalisis. Cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada waktu yang sama. Penelitian cross-sectional ini, peneliti hanya mengobservasi fenomena pada satu titik waktu tertentu.
Penelitian yang bersifat eksploratif, deskriptif, ataupun eksplanatif, penelitian cross-sectional mampu menjelaskan hubungan satu variabel dengan variabel lain pada populasi yang diteliti, menguji keberlakuan suatu model atau rumusan hipotesis serta tingkat perbedaan di antara kelompok sampling pada satu titik waktu tertentu. Namun penelitian cross-sectional tidak memiliki kemampuan untuk menjelaskan dinamika perubahan kondisi atau hubungan dari populasi yang diamatinya dalam periode waktu yang berbeda, serta variabel dinamis yang mempengaruhinya.
Menurut Ary (2011:459) kelemahan utama metode cross-sectional adalah perbedaan yang secara kebetulan ada di antara sampel-sampel itu mungkin dapat membuat hasil penyelidikan itu sangat bias. Selanjutnya terletak pada kemungkinan adanya variabel luar yang telah menimbulkan perbedaan di antara populasi yang ditarik sampel.
Desain cross-sectional dan longitudinal Survey menurut Creswell (2012:378)






F.      Macam-macam Penelitian Deskriptif
Menurut Zainal Arifin (2012:159), dilihat dari aspek pengumpulan data di lapangan, penelitian deskriptif dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
1.      Penelitian Laporan Diri ( Self-Report Research)
Dalam penelitian self report ini peneliti dianjurkan menggunakan teknik observasi secara langsung, yaitu individu yang diteliti dikunjungi dan dilihat kegiatannya dalam situasi yang alami. Tujuan observasi langsung adalah untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Peneliti juga dianjurkan menggunakan alat bantu lain untuk memperoleh data misalnya dengan menggunakan perlengkapan seperti catatan, kamera, dan rekaman untuk memaksimalkan ketika mereka harus menjaring data di lapangan
2.      Studi Perkembangan(Developmental Study)
Studi Perkembangan atau developmental study banyak dilakukan oleh para peneliti di bidang pendidikan atau bidang psikologi atau bidang psikologi yang berkaitan dengan tingkah laku. Sasaran pada umumnya menyangkut variabel tingkah laku baik individual ataupun kelompok.  Dalam penelitian perkembangan tersebut  peneliti tertarik  dengan variabel yang utamanya membedakan antara tingkat umur, pertumbuhan atau kedewasaan subjek yang diteliti.
Studi perkembangan biasanya dilakukan dalam periode longitudinal dengan waktu tertentu, bertujuan guna menemukan perkembangan dimensi yang terjadi pada seorang responden. Dimensi yang sering menjadi perhatian peneliti misalnya intelektual, fisik, emosi, reaksi terhadap perlakuan tertentu, dan perkembangan sosial anak.
3.      Studi Kelanjutan(Follow-up Study)
Studi kelanjutan digunakan peneliti untuk menentukan status responden setelah beberapa periode waktu tertentu memperoleh perlakuan, misalnya program pendidikan. Studi ini dilakukan untuk melakukan evaluasi internal maupun evaluasi eksternal, setelah subjek atau responden menerima program di suatu lembaga pendidikan
4.      Studi Sosiometrik (Sociometric Study)
Studi sosiometrik merupakan analisis hubungan antarpribadi dalam suatu kelompok individu. Prinsip teori studi sosiometrik pada dasarnya adalah menanyakan pada masing-masing anggota kelompok yang diteliti untuk menentukan dengan siapa dia paling suka, untuk bekerjasama dalam kegiatan kelompok. Pada setiap kelompok, dia dapat memilih 1 atau 3 orang anggota. Dari setiap anggota, peneliti akan memperoleh jawaban yang bervariasi. Dengan menggunakan gambar sosiogram, posisi seseorang akan dapat diterangkan kedudukannya dalam kelompok organisasi.
Di bidang pendidikan, sosiometrik telah banyak digunakan untuk menentukan hubungan variabel status seseorang misalnya pemimpin formal, pemimpin dalam lembaga pendidikan atau posisi seseorang dalam kelompoknya dengan variabel lain dalam kegiatan pendidikan.

G.    Langkah-langkah Penelitian Deskriptif
Menurut Ary (2011:471-473) proses penelitian deskriptif dapat diikhtisarkan dalam langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Pernyataan masalah
Pernyataan ini menetapkan variabel-variabel yang akan diselidiki dalam syudi itu dan menetapkan apakah studi itu hanya akan menyelidiki status variabel ataukah juga menyelidiki hubungan antara variabel-variabel tersebut.
2.      Identifikasi informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah
Peneliti memerinci informasi yang akan dikumpulkn, menyatakan apakah informasi itu bersifat kualitatif atau kuntitatif, dan mengidentifikasi bentuk informasi ini (jumlah, skor tes, jawaban dari kuesioner atau wawancara)
3.      Pemilihan atau pengembangan instrumen pengumpul data
Peneliti harus yakin bahwa data yang akan diperoleh dengan instrumen yang telah dipilih itu benar-benar merupakan informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah. Kuesioner, wawancara, tes dan berbagai macam skala adalah intrumen yang paling sering dipakai dalam penelitian deskriptif. Jika peneliti menggunakan instrumen yang sudah ada, reliabilitas dan validitas untuk mengukur variabel yang bersangkutan dan kecocokannya bagi populasi harus diteliti. Kualitas instrumen dapat diperoleh dengan studi-studi terdahulu yang juga menggunakan instrumen tersebut atau mencoba terlebih dahulu pada suatu kelompok kecil sehingga dapat dievaluasi dan dilakukan perbaikan seperlunya.
4.      Identifikasi populasi-sasaran dan penentuan prosedur penarikan sampel yang diperlukan
Peneliti menentukan kelompok yang akan dicari informasinya. Survai sampel biasanya dilakukan untuk meneliti kelompok yang mempunyai ciri khusus, misalnya siswa  yang mempunyai hambatan membaca. Dalam survai sampel, peneliti berusaha memilih sampek yang akan mewakili populasi induknya dengan baik.
5.      Rancangan prosedur pengumpulan data
Peneliti menguraikan jadwal praktis untuk memperoleh sampel dan menggunakan instrumen
6.      Pengumpulan data
7.      Analisis data
8.      Pembuatan laporan

Langkah dalam melaksanakan Penelitian Deskriptif (Zainal Arifin, 2012:158) adalah sebagai berikut.
1.      Mengidentifikasi adanya permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan melalui metode deskriptif
2.      Membatasi dan merumuskan permasalahan secara jelas
3.      Menentukan tujauan dan manfaat penelitian
4.      Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan
5.      Menentukan kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian dan atau hipotesis penelitian
6.      Mendesain metode penelitian yang hendak dilakukan termasuk dalam hal ini menentukan populasi, sampel, teknik sampling, menentukan instrumen pengumpulan data, dan menganalisis data.
7.      Mengumpulkan, mengorganisasi, dan menganalisis data dengan menggunakan teknik statistika yang relevan
8.      Membuat laporan penelitian






DAFTAR PUSTAKA
Donald Ary, dkk. 2011. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Creswell, Jhon W. (2012). Educational Research : Planning, Conducting an Evaluating Quantitative and Qualitative Research(Fourt Eddition). New Jersey: Pearson Education, Inc
Arifin, Zainal. (2012). Penelitian Pendidikan (Cetakan kedua). Bandung: Remaja Rosdakarya.
Gall, M.D., Gall, J.P. and Borg, W.R. (2003). Educational Research: An Intoduction. New York: Pearson Education Inc.
McMillan, James H., and Sally Schumacher. (2001) Research in education: a conceptual introduction. United States: Longman Inc.
Sukardi.(2013). Metode Penelitian Pendidikan(Cetakan ke 13). Jakarta : Bumi Aksara
Sukmadinata. (2006). Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

1 komentar: