STUDI
PENDAHULUAN
A.
Permasalahan Penelitian
Penelitian yang sistematis diawali
dengan suatu persoalan atau masalah. John Dewey menyebutkan bahwa langkah
pertama dalam metode ilmiah ialah pengakuan akan adanya kesulitan, hambatan,
atau masalah yang membingungkan peneliti.
Pemilihan dan perumusan masalah adalah
salah satu aspek yang paling penting dalam pelaksanaan penelitian di bidang apa
saja. Para peneliti pemula sering terkejut melihat bahwa tahap permulaan ini
sering kali memakan sebagian besar waktu yang mereka sediakan untuk proyek
penelitian. Suatu penelitian tidak dapat dilakukan sebelum suatu masalah
diidentifikasi, dipikirkan secara tuntas, dan dirumuskan dengan baik. (Donald
Ary,dkk., 1982: 73)
Masalah adalah pentimpangan antara yang diharapkan
dengan kejadian atau kenyataan dan dapat diselesaikan. Masalah timbul karena
adanya tantangan, kesangsian atau kebingungan terhadap suatu hal atau fenomena.
Adanya ambiguity, halangan atau rintangan, adanya celah baik antar kegiatan
atau antar fenomena, baik yang telah ada ataupun yang akan ada.
Masalah penelitian bisa didefinisikan
sebagai pernyataan yang mempermasalahkan suatu variabel atau hubungan antara
variabel pada suatu fenomena. Sedangkan variabel dapat didefinisikan sebagai
pembeda antara sesuatu dengan yang lain. Masalah penelitian bisa juga
didefinisikan sebagai objek dalam penelitian. Masalah penelitian adalah masalah
yang akan menjadi obyek penelitian, dimana dalam penelitian masalah akan
dikaji, dipecahkan atau diselesaikan, lalu dibuat kesimpulannya sesuai dengan
konteks permasalahan oleh peneliti dalam penelitian. (Ibnu Adib, 2012)
Seorang peneliti mula-mula harus
menentukan pokok persoalan penyelidikan yang bersifat umum. Pilihan seperti itu
selalu bersifat sangat pribadi, tetapi hendaknya mengarah pada suatu bidang
yang sangat menarik atau yang benar-benar diketahui. Kalau tidak, mungkin akan
sulit mengarahkan motivasi untuk melaksanakan penelitian itu sampai selesai.
Pengetahuan, pengalaman, dan lingkungan peneliti sendiri biasanya yang
menentukan pilihan itu. Seorang guru sekolah dasar mungkin merasakan perlunya
meneliti beberapa aspek pengajaran membaca, atau seorang guru SMP mungkin
tertarik untuk mengetahui keefektifan program-program multi media dalam pengajaran
Ilmu Pengetahuan Alam.
Setelah dipilih, pokok persoalan yang
masih bersifat umum itu kemudian dipersempit sampai menjadi persoalan yang
sangat khusus. Peneliti harus menentukan pertanyaan yang harus dijawab. Ia juga
harus menyatakan dengan tepat apa yang akan dilakukan untuk memperoleh jawaban
atas pertanyaan itu. (Donald Ary,dkk., 1982: 73-74)
B.
Sumber
Masalah Penelitian
Beberapa sumber penelitian mungkin dapat
membantu para peneliti memperoleh permasalahan yang layak untuk dijadikan bahan
untuk diteliti. Beberapa sumber permasalahan tersebut diantaranya pengalaman,
deduksi dan teori serta literatur yang ada kaitannya. (Donald Ary,dkk., 1982:
75-80)
1. Pengalaman
Salah
satu diantara sumber paling berguna bagi para peneliti pemula adalah pengalaman
mereka sendiri sebagai praktisi kependidikan. Banyak keputusan yang harus
diambil setiap hari tentang kemungkinan pengaruh praktek-praktek kependidikan
terhadap tingkah laku murid. Apabila ingin agar keputusan-keputusan ini mantap,
para pendidik harus melakukan penelitian yang kritis tentang validitas asumsi
mereka mengenai hubungan antara pengalaman belajar dan perubahan siswa.
Ada
keputusan tentang metode-metode pengajaran yang harus diambil. Metode
pengajaran memang memerlukan penelitian ilmiah. Pendekatan ilmiah terhadap
praktek kependidkan menetapkan bahwa keputusan tentang bagaimana melakukan
sesuatu dibidang pendidikan hendaknya didasarkan pada bukti-bukti empiris,
bukan pada firasat, kesan, perasaan atau dogma. Misalnya, guru-guru SD mungkin
mempertanyakan keefektifan metode pengajaran membaca mereka. Mereka mungkin
ingin menilai metode yang biasanya mereka pakai atau salah satu dari beberapa
metode yang telah terkenal, guna menetapkan pedekatan manakah yang paling
efektif untuk dipakai.
Pengamatan
terhadap hubungan-hubungan tertentu yang belum terjawab secara memuaskan
merupakan sumber lain bagi persoalan-persoalan pendidikan. Seorang guru mungkin
melihat meningkatnya tanda kegelisahan di kalangan murid-murid pada saat-saat
tertentu. Untuk menyelidiki hal itu, guru tersebut dapat menyusun berbagai
penjelasan sementara mengenai sebab-sebab kegelisahan itu, kemudian mengujinya
secara empiris. Penyelidikan ini mungkin tidak hanya memecahkan persoalan itu
saja, melainkan juga memberikan sumbangan bagi pemahaman sebab-sebab
kegelisahan di dalam kelas.
Demikian
pula, ada keputusan yang harus diambil mengenai praktek-praktek yang telah
menjadi rutin di kelas. Ada juga keputusan yang dalam beberapa hal didasarkan
terutama pada tradisis atau otoritas yang kurang atau bahkan tidak didukung
oleh penelitian ilmiah. Misalnya, apakah ada tes-tes lain yang mungkin lebih
valid bagi tujuan yang ingin dicapai daripada tes yang sekarang ini dipakai?
Pengalaman
sehari-hari para pendidik dapat memberikan persoalan yang berharga untuk
diselidiki dan bahkan sebagian besar gagasan penelitian yang dikembangkan oleh
para pemula di bidang penelitian pendidikan cenderung berasal dari
pengalaman-pengalaman pribadi mereka. Mereka mungkin mempunyai firasat tentang
hubungan-hubungan baru atau tentang cara-cara lain untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu. Dengan demikian melalui semacam proses intuitif, mereka sampai pada
gagasan-gagasan yang dapat diteliti. Studi seperti itu kebanyakan merupakan
jenis penelitian yang mengarah pada pemecahan persoalan yang dihadapai secara
langsung. Meskipun begitu, kadang-kadang persoalan semacam itu lebih cocok dan
lebih berarti bagi peneliti pemula daripada persoalan yang diperoleh melalui
proses deduksi logis dari suatu teori. Disamping itu, studi semacam ini sering
dapat dibenarkan berdasarkan sumbangannya kepada praktek-praktek pendidikan .
2. Deduksi
dari Teori
Deduksi yang dapat ditarik dari berbagai
teori pendidikan dan teori tingkah laku yang sudah dikenal oleh peneliti
merupakan sumber permasalahan yang baik sekali. Teori menyangkut
prinsip-prinsip umum, yang kelayakannya untuk diterapkan pada
persoalan-persoalan pendidikan masih belum terbukti, sebelum prinsip tersebut
ditetapkan secara empiris. Hanya melalui penelitianlah orang dapat menentukan
apakah generalisasi-generalisasi yang terdapat di dalam teori dapat
diterjemahkan menjadi saran-saran khusus bagi praktek kependidikan.
Dari suatu teori, peneliti dapat membuat
hipotesis yang menyatakan hasil penelitian yang diharapkan dalam suatu situasi
praktis tertentu. Artinya, peneliti menanyakan “Hubungan antar variabel yang
bagaimana yang akan diamati jika teori tersebut benar-benar merangkum keadaan
itu?” kemudian ia melakukan penyelidikan sistematis guna memastikan apakah data
empiris mendukung hipotesis itu, yang sekaligus juga mendukung teorinya.
3. Literatur
yang Ada Kaitannya
Sumber
permasalahan lain yang berharga adalah literatur dalam bidang yang menarik
perhatian peneliti. Pada waktu membaca laporan-laporan penelitian yang sudah
dilakukan, kita dihadapkan pada contoh-contoh permasalahan penelitian serta
cara bagaimana penelitian tersebut dilaksanakan. Para penulis juga sering
menutup studi mereka dengan saran-saran tentang penelitian selanjutnya yang
diperlukan guna meneruskan pekerjaan yang telah dilakukan itu. Ada gunanya kita
melihat jika prosedur yang dipakai dalam penelitian terdahulu itu dapat
disesuaikan guna memecahkan persoalan-persoalan lain atau apakah studi yang
serupa juga dapat dilakukan di lapangan, bidang persoalan, atau dengan kelompok
subjek yang berbeda.
Misalnya,
seseorang membaca suatu studi yang menyelidiki keefektifan pendekatan
multimedia dalam pengajaran ilmu kimia. Barangkali studi yang serupa dapat
dilakukan dalam bidang biologi atau mata pelajaran lainnya. Contoh lain,
misalnya studi tentang siswa-siswa SMP mungkin dapat menjadi pedoman bagi guru SD
yang tertarik untuk menetapkan apakah hubungan antara variabel-variabel
tersebut juga ada di tingkat pendidikan dasar.
Salah
satu ciri penting penelitian ilmiah ialah bahwa penelitian tersebut harus dapat
ditiru atau diulang (replicable),
sehingga hasil-hasilnya dapat dibuktikan. Replikasi suatu studi, dengan atau
tanpa variasi, mungkin dapat menjadi kegiatan yang berkaidah dan berharga bagi
peneliti pemula. Pengulangan suatau studi dapat meningkatkan luasnya jangkauan
generalisasi hasil penelitian sebelumnya serta memberikan bukti tambahan
tentang validitas hasil tersebut. Dalam banyak eksperimen pendidikan, kita
dapat memilih subyek secara acak, melainkan harus menggunakan kelompok-kelompok
kelas sebagaimana adanya. Sudah barang tentu hal ini akan membatasi jangkauan
generalisasi hasil-hasil penelitian tersebut. Akan tetapi, dengan diulangnya
eksperimen-eksperimen pada waktu dan tempat yang berlainan, dengan hasil yang
menguatkan hubungan-hubungan yang diharapkan itu pada setiap penyelidikan, maka
kepercayaan terhadap validitas ilmiah hasil-hasil tersebut pun akan meningkat.
Dalam
banyak kasus, pengulangan studi-studi selanjutnya itu tidak persis sama.
Berbagai variasi dimasukkan untuk memperjelas beberapa aspek hasil-hasil
penelitian itu untuk memperjelas beberapa aspek hasil-hasil penelitian itu,
untuk menguji seberapa jauh hasil-hasil penelitian itu dapat digeneralisasikan
atau untuk menyelidiki faktor-faktor yang belum dimasukkan ke dalam penelitian
aslinya.
C.
Memilih
Masalah Penelitian
Permasalahan yang akan diteliti
hendaknya memenuhi kriteria penting, yaitu (Donald Ary,dkk., 1982: 81-83) :
1.
Masalah tersebut
hendaknya merupakan masalah yang pemecahannya akan memberikan sumbangan
pengetahuan di bidang pendidikan
2. Persoalan
itu hendaknya merupakan persoalan yang akan membawa kita kepada persoalan-persoalan
baru dan dengan demikian juga kepada penelitian-penelitian berikutnya.
3. Persoalan-persoalan
tersebut harus merupakan persoalan yang dapat diteliti
4.
Persoalan itu harus
sesuai bagi peneliti. Ketertarikan, bidang, dan waktu harus sesuai dengan
keadaan peneliti.
Zainal Arifin (2011 : 13)
menjelaskan bahwa dalam pemilihan dan penentuan masalah penelitian, ada
beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan secara hati-hati, yaitu:
1.
Masalah penelitian harus yang bersifat teka-teki, unik,
orisinil dan belum bisa dijawab dengan tegas.
2.
Dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya atau kalimat
interogatif.
3.
Dirumuskan dalam konteks kebijakan pragmatis yang sedang
aktual, sehingga pemecahannya menawarkan implikasi kebijakan yang relevan pula.
4.
Tersedia sumber informasi yang cukup, baik dalam bentuk manusia
sumber (human resources) maupun yang bukan manusia sumber (nonhuman
resources),sehingga memungkinkan pengumpulan data.
5.
Tempunyai manfaat yang besar, baik secara teoritis maupun
praktis.
6.
Sesuai dengan kemampuan peneliti itu sendiri (terutama dalam
penggunaan metode penelitian) dan bidang keahliannya, dan
7.
Memperhatikan biaya, waktu, alat dan tenaga penunjang
lainnya.
Sedangkan menurut Nanang Martono (2011:31)
hal yang harus diperhatikan dalam memilih masalah penelitian yaitu:
1.
kebaruan dan
menghindari duplikasi yang tidak perlu;
2. pentingnya
untuk mewakili dan pelaksanaan lapangan;
3. adanya
dorongan keingintahuan secara intelektual;
4. kualifikasi
pribadi atau kualifikasi peneliti;
5. ketersediaan
data dan metode yang dapat digunakan;
6. peralatan
khusus dan kondisi kerja yang mendukung proses penelitian;
7. sampel
yang akan diambil;
8. sponsorship
dan lembaga yang diminta untuk bekerja sama;
9. bahaya
yang harus dihadapi;
10. biaya
yang dibutuhkan;
11.
faktor waktu.
Setelah masalah dipilih dan signifikasi
ditetapkan, selanjutnya dalam merumuskan atau mengemukanakan persoalan tersebut
ke dalam bentuk yang dapat diteliti. Penjabaran persoalan yang baik harus
(Donald Ary,dkk., 1982: 85):
1. Menerangkan
dengan jelas apa yang akan diterangkan atau dipecahkan
2. Membatasi
ruang lingkup studi itu pada suatu persoalan khusus.
Batasan
operasional ialah batasan yang merumuskan suatu konsep berdasarkan operasi atau
proses yang akan digunakan untuk mengukur konsep tersebut. Batasan operasional
berfungsi untuk memusatkan ruang lingkup persoalan yang masih bersifat umum
menjadi variabel-variabel khusus yang dapat diamati atau diukur.
D.
Rumusan
Masalah Penelitian
Rumusan masalah adalah suatu pertanyaan
yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data.
Rumusan masalah bisa jadi mempunyai
beberapa bentuk, mulai dari yang paling sederhana sampai pada yang lebih
kompleks. Namun apapun bentuknya, setiap kali seseorang hendak merumuskan
masalah penelitian, Restu K Widi (2010:141) menyarankan sebaiknya harus selalu
memperhatikan beberapa hal berikut:
1.
Jenis penelitian yang
hendak dilakukan: eksperimen, survei, dan lain-lain;
2. Jika
menggunakan sampel, strategi sampling seperti apa yang paling sesuai;
3. Ketersediaan
dan kemudahan memperoleh bahan-bahan serta instrument atau peralatan yang
hendak digunakan;
4.
Jenis analisis dan
karakterisasi yang akan ditetapkan;
Dengan demikian, rumusan masalah
bagaikan masukan atau “input” dalam penelitian, sedangkan keluaran atau
“output”nya adalah kualitas hasil dan isi laporan penelitian beserta logis dan
ilmiahnya pembahasan yang menyertainya.
Ciri-ciri rumusan masalah yang baik
menurut Restu K Widi (2010:145) yaitu:
1.
Keaslian ide
Ide dan rumusan masalah yang diajukan
peneliti haruslah merupakan ide dan masalah yang asli dari peneliti dan bukan
merupakan plagiat atau tiruan. Apabila memang sebagian ide datang dari hasil
atau artikel peneliti lain, maka tetap harus ada sesuatu yang baru atau nilai
tambah dan sisi yang berbeda dari ide dan rumusan masalah yang diajukan. Lebih
baik bila ide dan rumusan masalah yang diajukan adalah sesutau yang baru dan
belum pernah sama sekali diajukan oleh peneliti lain.
2.
Didukung konsep yang
kuat
Suatu rumusan masalah bisa jadi memang
suatu pertanyaan yang memerlukan jawaban, namun bila tidak didukung konsep dan
teori yang kuat, hal tersebut dapat melemahkan rumusan masalah yang telah
disusun. Meskipun seorang peneliti hendak melakukan penelitian untuk mengajukan
suatu teori baru, tetap saja diperlukan suatu konsep atau teori pendukung bagi
rumusan masalah yang diajukannya.
3.
Merupakan hal penting
Ide dan rumusan masalah yang disusun
seseorang haruslah merupakan hal yang penting dan memang layak untuk
dikembangkan menjadi suatu penelitian.
4.
Level atau tingkat dan
kedalaman masalah
Seorang peneliti sebaiknya mempunyai
pengetahuan tentang proses penelitian untuk dapat menterjemahkan rumusan
masalah menjadi suatu kerja penelitian. Peneliti harus mempertajam suatu topik atau
tema menjadi sesuatu yang dapat dilakukan, spesifik, dan jelas. Selain itu,
sangat penting juga untuk memilih dan menyusun rumusan masalah yang dapat diselesaikan dalam jangka waktu
dan sumber daya sesuai dengan usulan.
5.
Dapat dipecahkan
Masalah tesebut harus dapat diuji dan
dipecahkan. Hal yang perlu dipertimbangkan terkait hal tersebut adalah sumber
daya yang tersedia baik manusia ataupun bahan dan peralatan, biaya, serta
situasi dan kondisi ketika melakukan pengujian.
6.
Menarik
Kriteria menarik menjadi pertimbangan
yang paling penting dalam menentukan rumusan masalah. Seringkali pelelitian
memerlukan waktu yang sangat lama dan kerja keras. Dalam pelaksanaan mungkin
juga ditemui masalah yang tidak terduga. Oleh karena itu, jika masalah yang
menarik akan menjadi motivasi tersendiri terhadap peneliti untuk menyelesaikan
penelitiannya.
7.
Disesuaikan dengan
kemampuan dan keahlian
8.
Relevan dan mempunyai
keterkaitan
Perlu dipertimbangkan bahwa rumusan
masalah yang diajukan sesuai bidang ilmu yang ditekuni dan memberikan sumbangsih
nyata terhadap pengetahuan dan keilmuan.
9.
Masalah etika
Sebaiknya rumusan masalah tersebut tidak
terlalu menyinggung masalah yang sensitif bagi seseorang atau kelompok atau
masyarakat tertentu. Kalaupun harus dilakukan, maka harus dikemas sedemikian rupa
agar tidak sampai benar-benar menyinggung perasaan dan sebagainya
10.
Berupa pertanyaan
Rumusan masalah yang dibuat dalam bentuk
pertanyaan akanlebih memudahkan seorang peneliti untuk melakukan prosedur
pencarian jawaban.
E.
Langkah-langkah
dalam Merumuskan Masalah
Restu K Widi (2010:148) menyebutkan
langkah-langkah dalam merumuskan masalah yaitu:
1. Mengidentifikasi
subyek area luas yang menarik
2. Membagi
subyek area luas menjadi sub area
3. Memilih
sub area yang paling menarik
4. Mengungkapkan
beberapa pertanyaan penelitian
Pada tahap ini, seorang
peneliti sebaiknya bertanya pada dirinya sendiri tentang apa yang sebenarnya
hendak dicari pemecahan atau jawaban dari beberapa sub area tersebut.
5. Merumuskan
suatu tujuan (obyektif)
Seorang peneliti harus
mempunyai tujuan atau obyektif yang jelas dan nyata dari proses penelitian yang
hendak dilakukan
6. Menilai
obyektif
Seorang peneliti harus
menguji obyektif atau tujuannya guna memastikan bahwa obyektif tersebut dapat
dicapai melalui metode dan prosedur penelitian.
7. Periksa
ulang
Setelah semua langkah
dilalui, maka sebaiknya peneliti kembali ke tahap awal untuk memeriksa ulang
dan mempertimbangkan lagi rumusan masalah yang telah disusun. Peneliti juga
harus bertanya pada dirinya sendiri apakah sudah cukup puas dan nyaman serta
termotivasi untuk melakukan penelitian terhadap permasalahan yang telah
diungkapkan.
F.
Bentuk-bentuk
Rumusan Masalah
Bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian
ini dikembangkan berdasarkan penelitian menurut tingkat eksplanasi. Bentuk
masalah dapat dikelompokkan menjadi:
1. Rumusan
Masalah Deskriptif
Suatu
rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel
mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri
sendiri).
Contoh:
a. Seberapa
baik kinerja Departemen Pendidikan Nasional
b. Bagaimana
sikap masyarakat terhadap Sekolah Dasar negeri
c. Seberapa
tinggi minat baca dan lama belajar rata-rata per hari murid-murid sekolah di
Bantul?
2. Rumusan
Masalah Komparatif
Rumusan
masalah penelitian yang membandingkan keberadaan suatu variabel atau lebih pada
dua atau lebih sampel yang berbeda atau pada waktu yang berbeda.
Contoh:
a. Adakah
perbedaan prestasi belajar antara murid dari sekolah negeri dan swasta?
b. Adakah
perbedaan motivasi belajar dan hasil belajar anatara murid yang berasal dari
keluarga Guru, Pegawai Swasta, dan Pedagang.
c. Adakah
perbedaan disiplin kerja guru antara sekolah di Kota dan di Desa?
3. Rumusan
Masalah Asosiatif
Rumusan
masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan anatara dua variabel atau
lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan, yaitu:
a. Hubungan
simetris
Suatu
hubungan antara dua variable atau lebih yang kebetulan munculnya bersama.
Contoh:
1) Adakah
hubungan antara rumah yang dekat rel kereta api dengan jumlah anak?
2) Adakah
hubungan antara banyaknya uang saku dengan prestasi anak?
3) Adakah
hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan jumlah penduduk yang
sekolah?
b. Hubungan
kausal
Hubungan
yang bersifat sebab akibat. Jadi di sini ada variabel independen dan dependen.
Contoh:
1) Adakah
pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar anak?
2) Seberapa
besar pengaruh tata ruang kelas terhadap efisiensi pembelajaran di SMA?
3) Seberapa
besar pengaruh kurikulum, media pendidikan dan kualitas guru terhadap kualitas
SDM yang dihasilkan dari suatu sekolah?
c. Hubungan
interaktif (timbal balik)
Hubungan
yang saling mempengaruhi. Di sini tidak diketahui mana variabel independen dan
dependen.
Contoh:
Apakah
hubungan antara motivasi dan prestasi belajar anak SD di Kecamatan Sedayu?
(Di sini dapat dinyatakan motivasi mempengaruhi
prestasi tetapi juga prestasi dapat
mempengaruhi motivasi)
G.
Tujuan
Penelitian
Tujuan
penelitian memegang peranan yang sangat penting karena merupakan arah dan sasaran
yang harus dicapai. Tujuan penelitian harus dirumuskan dengan jelas, tegas, dan
terperinci dalam bentuk pernyataan serta menunjuukan adanya sesuatu hal yang
harus dicapai setelah penelitian tersebut selesai dilaksanakan. Sesuatu yang
harus dicapai merupakan jawaban, tentang masalah yang akan diteliti.
Menurut Zainal Arifin (2011: 185) Tujuan umum
penelitian pendidikan adalah untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji
kebenaran suatu pengetahuan, konsep, prinsip,dan generalisasi tentang
pendidikan baik berupa teori maupun praktik.
Menemukan
berarti mencari sesuatu yang baru (ekplorative),
sedangkan mengembangkan berarti memperluas dan menggali lebih jauh tentang apa
yang ada (development). Menguji
kebenaran dilakukan jika masih meragukan yang ada (verificative).
Secara
khusus, tujuan penelitian pendidikan bergantung kepada permasalahan pendidikan.
Misalnya masalah pokok yang akan diteliti adalah adakah pengaruh pendidikan
orang tua terhadap prestasi belajar anak? Dengan demikian, tujuan penelitiannya
adalah untuk memperoleh data empirik tentang pengaruh pendidikan orang tua terhadap
prestasi belajar anak.
Setiap penelitian baik kualitatif
maupun kuantitatif, selalu memiliki tujuan-tujuan tertentu. Dalam
penelitian kualitatif, Creswell (2008:121) mengistilahkan tujuan penelitian
dengan “purpose statement”. Dalam bukunya dia medefinisikannya sebagai “A
purpose statement is a statement that advance the overall direction of focus
for the study”- Jadi, untuk melakukan penelitian, seorang peneliti
harus menjelaskan tujuan penelitian dalam satu bentuk kalimat atau lebih
terlebih dahulu. Menurut Cresswell (2008:134) purpose statement
harus mengidentifikasi variabel, hubungan variabel, obyek penelitian, dan
tempat penelitian.
Pernyataan peneliti mengenai tujuan
penelitiannnya sangatlah urgen, dalam hal ini Creswell (2008:121) menulis:
“The purpose statement establishes the direction for the
research, In fact, the purpose statement is the important statement in an
entire research study. It orients the reader to the central intent of the
study, and from it, all other aspects of the research follow.”
Jadi, melalui pernyataan tujuan
penelitian, peneliti akan menjelaskan “Why he want to do the study and what he
intend to accomplish”. Tujuan penelitian merupakan pusat dan kontrol ide dalam
suatu penelitian. Dengan adanya purpose statement akan
mengarahkan ide-ide peneliti dalam mencapai tujuan akhir dari penelitian yang
dilakukannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Arifin, Zainal. (2012). Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Ary,
D., Jacobs, L.C., Sorensen , C.K. and Razafih, A. (2010). Introduction to Research in Education. Belmont, CA:Wadsworth.
Cresswell, John W. (2008). Educational Research 3th Edition, Planning,
Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. New
Jersey: Pearson Education International.
Martono, Nanang. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi
dan Analisis Data Sekunder. Jakarta: Rajawali Pers.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung : Alfabeta.
Widi, Restu Kartiko.(2010). Asas Metodologi Penelitian.Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar