MEMBACA DAN MENULIS INFORMASI
Selama bertahun-tahun genre utama cerita untuk pembelajaran membaca dan menulis di kelas-kelas dasar karena diasumsikan bahwa membangun cerita dalam pikiran adalah cara belajar yang fundamental (Wells, 1986). Penelitian terbaru, menunjukkan bahwa anak-anak lebih memilih untuk membaca buku-buku informasi dan mampu memahami cerita serta yang mereka lakukan (Pappas, 1991, 1993). Anak-anak tertarik untuk belajar tentang dunia mereka, dan buku informasi ini memberikan pengetahuan.
Siswa sering menganggap sikap eferen ketika mereka membaca informasi buku untuk menemukan fakta-fakta, tetapi siswa tidak selalu menggunakan membaca eferen(Rosenblatt, 1978). Mereka mengambil sebuah buku informasi untuk memeriksa fakta dan kemudian melanjutkan membaca dengan baik karena mereka tertarik dengan apa yang mereka baca. Mereka terhanyut dalam buku ini, seperti yang mereka lakukan ketika membaca cerita. Di lain waktu siswa membaca buku-buku tentang topik yang mereka minati, dan mereka membaca estetis, terlibat dalam pengalaman hidup-melalui membaca dan menghubungkan apa yang mereka baca dengan kehidupan mereka sendiri dan pengalaman membaca sebelumnya.
Russell Freedman (1992), yang memenangkan 1988 Newbery Medal untuk Lincoln: A Photobiography (1987), berbicara tentang tujuan buku informasi dan menjelaskan bahwa itu tidak cukup untuk sebuah buku informasi untuk memberikan informasi namun juga harus dapat menjiwai subjek dan dapat menanamkan dalam kehidupan. Buku Informasi yang berkualitas tinggi dapat mendorong siswa untuk membaca estetis karena mereka terlibat dan mengundang rasa ingin tahu mereka. Siswa kelas dasar dan kelas menengah juga menulis buku tentang informasi yang mereka pelajari selama siklus tema. Buku-buku informasi yang telah mereka baca berfungsi sebagai model untuk menulis mereka, dan mereka mengatur informasi yang mereka lihat dengan menggunakan jenis yang sama dari pola atau struktur yang digunakan dalam buku-buku informasi (Freeman, 1991; Tompkins, Smith, & Hitchcock, 1987).
A. Mengembangkan Pengetahuan Siswa Tentang Buku Informasi
Siswa membaca informasi buku, belajar tentang dunia di sekitar mereka dan banyak hal lainnya. Mereka belajar bagaimana variasi membaca mereka, tergantung pada tujuan mereka. Kadang-kadang mereka membaca informasi buku dari awal sampai akhir seperti cerita, atau mereka dapat menggunakan indeks untuk mencari topik tertentu dan kemudian membaca bagian dalam buku tentang topik itu. Mereka belajar bagaimana menggunakan indeks dan daftar isi, dan cara membaca grafik, peta, dan diagram. Mereka juga melihat cara yang berbeda dari buku informasi itu diatur dan bagaimana penulis mengembangkan hubungan timbal balik antara potongan-potongan informasi yang disajikan.
1. Jenis Buku Informasi
Empat hal yang mempengaruhi kualitas buku informasi adalah akurasi, organisasi, desain, dan gaya (Vardell, 1991). Pertama dan terpenting, fakta-fakta harus mutakhir, dan lengkap. Mereka harus diteliti dengan baik, dan bila perlu berbagai sudut pandang harus disajikan. Stereotip yang harus dihindari, dan rincian dalam teks dan ilustrasi harus otentik. Kedua, informasi harus disajikan dengan jelas dan logis, menggunakan pola organisasi untuk meningkatkan keterbacaan buku. Ketiga, desain buku harus menarik dan harus memiliki kegunaan. Ilustrasi harus dilengkapi teks, dan penjelasan harus menyertai setiap ilustrasi. Terakhir, gaya menjadi kriteria yang semakin penting. Gaya harus hidup dan merangsang sehingga untuk terlibat rasa ingin tahu pembaca dan bertanya-tanya.
Berbagai macam buku informasi yang tersedia saat ini adalah
1) Buku dengan topik meliputi ilmu biologi, ilmu fisika, ilmu-ilmu sosial, seni, dan biografi.
2) Buku-buku yang memberikan konsep historis dan geografis.
3) Buku informasi yang fokus pada konsep-konsep matematika
4) Cerita hidup; salah satu jenis-kisah hidup adalah biografi dan otobiografi. Cerita Kehidupan yang ditulis saat ini lebih realistis daripada di masa lalu, dan mereka menyajikan tokoh terkenal. Penulis sering memasukkan catatan di bagian belakang buku untuk menjelaskan bagaimana rincian yang diteliti dan untuk memberikan informasi tambahan.
Selain tipe-tipe utama dari buku informasi, ada jenis yang lebih khusus lainnya. Empat jenis buku yang dibaca siswa SD adalah:
1) Alphabet dan Buku berhitung. Sementara banyak huruf dan berhitung buku dengan gambar obyek menarik dirancang untuk anak-anak, selain memberikan banyak informasi tentang berbagai topik.
2) Buku yang menyajikan informasi melalui lagu atau puisi. Dalam buku-buku ini lagu dan puisi diilustrasikan dengan kata, baris, atau bait pada setiap halaman. Teks dan ilustrasi tersebut sama-sama memberikan informasi.
3) Buku yang menyajikan informasi dalam Sebuah Kisah. Penulis merumuskan strategi inovatif untuk menggabungkan informasi dengan sebuah cerita.
4) Jurnal dan Surat. Jurnal dan surat ini memberikan sekilas ke periode sejarah dan kehidupan tokoh sejarah
2. Struktur Teks Ekspositori
Buku informasi diatur atau terpola dengan cara tertentu yang disebut struktur teks ekspositori. Lima dari pola organisasi yang paling umum adalah deskripsi, urutan, perbandingan, sebab dan akibat, dan masalah dan solusi (Meyer & Freedle, 1984; Niles, 1974).
a. Deskripsi. Dalam pola organisasi ini, penulis menjelaskan topik dengan daftar karakteristik, fitur, dan contoh. Frase dan karakteristik menjadi petunjuk struktur ini. Ketika siswa menggambarkan topik apapun, seperti Sungai Mississippi, elang, atau Alaska, mereka menggunakan deskripsi.
b. Urutan. Penulis membuat daftar item atau peristiwa dalam urutan numerik atau kronologis. Kata isyarat termasuk pertama, kedua, ketiga, selanjutnya, lalu, dan terakhir. Caroline Arnold menjelaskan langkah-langkah dalam menciptakan tampilan museum di Dinosaurs All Around: An Artis View of the Prasejarah Dunia (1993), dan David Macaulay menggambarkan bagaimana sebuah kastil dibangun di Castle (1977). Siswa menggunakan pola urutan untuk menulis petunjuk untuk menyelesaikan masalah matematika, tahapan dalam siklus hidup hewan, atau peristiwa dalam biografi.
c. Perbandingan. Penulis menjelaskan bagaimana dua atau lebih hal yang sama atau berbeda. Menggunakan kata misalnya sebaliknya, sama, sama seperti, dan di sisi lain adalah kata-kata isyarat dan frase yang menandakan struktur ini. Di Horns, Antlers, Taring, dan Tusks (Rauzon, 1993), misalnya, penulis membandingkan hewan dengan tipe-tipe khas penutup tubuh. Ketika siswa membandingkan dan buku yang kontras dan film versi cerita, reptil dan amfibi, atau kehidupan di Yunani kuno dengan kehidupan di Mesir kuno, mereka menggunakan pola organisasi ini.
d. Sebab and Akibat. Penulis menjelaskan satu atau lebih penyebab dan pengaruh atau akibat yang dihasilkan. Alasan mengapa, jika ... maka, sebagai akibatnya, oleh karena itu, dan karena adalah frase yang petunjuk struktur ini. Penjelasan mengapa dinosaurus punah, efek dari polusi terhadap lingkungan, atau penyebab Perang Saudara menggunakan pola sebab-akibat.
e. Masalah and Solusi. Dalam struktur ekspositori ini penulis menyatakan masalah dan menawarkan satu atau lebih solusi. Dalam Man and Mustang (Ancona, 1992), misalnya, penulis menguraikan masalah kuda liar dan menjelaskan bagaimana mereka diselamatkan. Variasi format tanya-jawab, di mana penulis menimbulkan pertanyaan dan kemudian menjawabnya. Mereka sering menggunakan pola masalah-solusi dalam menulis iklan dan menulis persuasif lain juga.
3. Mengajar Siswa Tentang Struktur Teks Ekspositori
Siswa belajar untuk mengenali lima pola organisasi dan menggunakannya untuk mengembangkan kemampuan membaca mereka serta untuk mengatur tulisan mereka (Flood, Lapp, & Farnan, 1986; McGee & Richgels, 1985; Piccolo, 1987). Langkah-langkah dalam strategi mengajar adalah:
a. Memperkenalkan Pola Organisasi. Menjelaskan pola dan ketika penulis
menggunakannya; perhatikan kata-kata petunjuk yang menandakan pola. Kemudian berbagi contoh dari pola dan menggambarkan pengelola grafis untuk pola itu.
b. Menganalisis contoh dari Pola di Buku informasi, tidak dalam cerita. Kadang-kadang pola ditandai dengan jelas melalui judul, kalimat topik, dan kata-kata petunjuk, dan terkadang tidak. Siswa belajar untuk mengidentifikasi kata-kata petunjuk, dan mereka berbicara tentang mengapa penulis mungkin atau mungkin tidak secara eksplisit menandakan struktur. Mereka juga membuat diagram struktur dengan menggunakan grafik organisasi.
c. Menulis paragraf menggunakan pola. Pertama kegiatan menulis mungkin kegiatan untuk seluruh kelas; kemudian, siswa dapat menulis paragraf dalam kelompok kecil dan individual. Siswa memilih topik, mengumpulkan informasi, dan mengaturnya dengan menggunakan grapfik organisasi. Berikutnya mereka menulis draft kasar paragraf, memasukkan kata-kata petunjuk untuk menandai struktur. kemudian merevisi, mengedit, dan menulis salinan akhir dari paragraf. Kemudian mereka berbagi paragraf yang mereka tulis dan menjelaskan bagaimana mereka telah menggunakan pola organisasi tertentu dalam tulisan mereka.
d. Mengulangi Langkah 1-3 untuk Setiap Pola. Guru mengulang tiga langkah pertama dalam strategi mengajar untuk mengajar masing-masing dari lima struktur teks ekspositori.
e. Memilih Pola Paling Tepat. Setelah siswa belajar untuk menggunakan lima pola, mereka perlu belajar untuk memilih pola yang paling tepat untuk berkomunikasi secara efektif. Siswa dapat melakukan percobaan untuk menemukan kesesuaian berbagai pola dengan menulis paragraf tentang seperangkat informasi dengan menggunakan pola organisasi yang berbeda. Sebagai contoh, menulis deskripsi tentang rumah orang Papuan, perbandingan untuk menulis kehidupan di kota dan di desa, dan pemecahan masalah untuk banjir di Jakarta.
4. Menilai Penggunaan Siswa dari Struktur Teks Ekspositori
Ketika siswa menulis paragraf dengan menggunakan struktur teks ekspositori, mereka:
a. Memilih struktur yang paling tepat
b. Mengembangkan graphic organizer sebelum menulis
c. Tulis kalimat topik yang akan mengidentifikasi struktur
d. Penggunaan kata-kata isyarat untuk menandai struktur.
Keempat komponen dapat digunakan untuk mengembangkan checklist untuk menilai penggunaan siswa dari struktur teks ekspositori. Guru mungkin ingin memantau penggunaan siswa dari kelima struktur dalam laporan dan lainnya dalam kurikulum menulis.
B. Laporan
1. Jenis Laporan
Seringkali, siswa tidak dijelaskan tentang penulisan laporan sampai mereka dihadapkan dengan menulis makalah di jenjang yang lebih tinggi, dan mereka kewalahan dengan bagaimana membuat catatan pada kartu catatan, bagaimana mengatur dan menulis karya, dan bagaimana menyusun daftar pustaka. Tidak ada alasan untuk menunda penulisan laporan sampai siswa mencapai sekolah tinggi. Siswa di kelas-kelas SD menulis baik kelompok maupun laporan individu (Krogness, 1987; Queenan, 1986).
a. Laporan Anak-anak.
Bertentangan dengan asumsi populer bahwa tulisan pertama anak-anak adalah narasi, pendidik telah menemukan bahwa anak TK dan kelas pertama menulis banyak komposisi non narrative di mana mereka memberikan informasi tentang topik yang sederhana. Meskipun siswa menghilangkan beberapa huruf kapital dan tanda baca dan ejaan yang digunakan dalam beberapa kata dalam bukunya, informasi dapat dengan mudah diuraikan.
Anak-anak bisa mendikte laporan kepada guru mereka, seseorang menjadi penulis untuk merekam mereka. Setelah mendengarkan narasumber, melihat film, atau membaca beberapa buku tentang topik tertentu, anak TK dan kelas pertama bisa mendikte laporan singkat.
b. Laporan Kelompok
Sebuah pengalaman pertama yang sukses tentang laporan-menulis bagi siswa menengah dan kelas atas adalah laporan penelitian kelompok. Kelompok kecil siswa bekerja sama untuk menulis bagian dari laporan, yang kemudian dikumpulkan. Manfaat dari menulis laporan kelompok, pertama karena mereka mempelajari langkah-langkah dalam menulis laporan dengan penelitian kelompok sebagai jalan atau dukungan sebelum menangani laporan individu. Serta bekerja dalam kelompok memungkinkan mereka berbagi pada bagian sulit dari pekerjaan.
c. Laporan Individu
Toby Fulwiler (1985) merekomendasikan bahwa siswa melakukan penelitian "autentik", di mana mereka mengeksplorasi topik yang menarik perhatian mereka atau berburu untuk jawaban atas pertanyaan yang membingungkan mereka. Ketika siswa menjadi terhanyut dalam studi area konten, pertanyaan muncul bahwa mereka ingin menjelajahi. Misal, kelas empat yang mempelajari dinosaurus dengan cepat bertanya melebihi apa yang dipikirkan guru. Guru mendorong mereka untuk mencari jawaban di buku yang telah pelajari dari luar sekolah dan mengunjungi perpustakaan. Ketika mereka memiliki jawaban atas pertanyaan mereka, para siswa bersemangat untuk berbagi pengetahuan baru dan memutuskan untuk menulis laporan dan mempublikasikan sebagai buku.
2. Mengajar Siswa Menulis Laporan Penelitian
Untuk menulis laporan, baik kelompok atau individu, siswa menggunakan pendekatan proses. Mereka mencari jawaban atas pertanyaan tentang suatu topik, kemudian menyusun laporan untuk membagikan apa yang telah mereka pelajari. Merancang pertanyaan dan mengumpulkan informasi terdiri dari tahap prapenulisan; siswa menyelesaikan tahap dengan menyusun, merevisi, mengedit, dan menerbitkan laporan mereka.
a. Menulis Laporan Kelompok.
Untuk menerapkan pendekatan proses dalam laporan kelompok kelas menulis, siswa mengikuti enam langkah:
1) Memilih sebuah topik. Langkah pertama adalah memilih topik, yang harus beberapa siswa ingin pelajari. Setiap topik peristiwa dapat dibagi menjadi 4 sampai 10 kelompok kecil untuk laporan kelompok. Beberapa topik umum yang mungkin adalah lautan, dinosaurus, tata surya, tubuh manusia, benua, hidup pada Abad Pertengahan, dan transportasi. Dari topik umum, siswa memilih topik tertentu untuk kelompok-kelompok kecil atau pasangan siswa dalam penelitian. Untuk laporan tentang benua, siswa memilih benua yang akan dilakuka penelitian; untuk tema tata surya, mereka memilih sebuah planet. Untuk tema seperti dinosaurus atau Abad Pertengahan, siswa tidak dapat mengidentifikasi topik tertentu mereka akan meneliti sampai mereka puas dalam belajar dan memiliki jawaban dari pertanyaan.
2) Merancang Pertanyaan Penelitian.
Pertanyaan penelitian muncul setelah siswa mempelajari topik. Mereka melakukan brainstorming daftar pertanyaan dan mereka menambah daftar sewaktu pertanyaan lain muncul. Dalam kelas siswa mengumpulkan informasi, mengaturnya, dan menulis bagian laporan menggunakan drafting tersebut, merevisi, dan tahap editing dari proses penulisan.
3) Mengumpulkan dan Mengorganisir informasi. Siswa bekerja dalam kelompok kecil atau berpasangan untuk mencari jawaban atas pertanyaan penelitian mereka. Pertanyaan-pertanyaan memberikan struktur untuk pengumpulan data, karena siswa mencari jawaban atas pertanyaan spesifik, bukan hanya secara acak menuliskan informasi. Siswa dapat menggunakan cluster atau grafik data yang merekam informasi yang mereka kumpulkan. Pertanyaan penelitian yang sama untuk masing-masing instrumen pengumpulan data. Pada cluster, siswa menambahkan informasi sebagai rincian untuk setiap gagasan utama. Instrumen yang efektif karena mereka mengatur pertanyaan pengumpulan data dengan pertanyaan dan membatasi jumlah informasi yang dapat dikumpulkan dari sumber manapun. Siswa mengumpulkan informasi dari berbagai bahan referensi, termasuk buku perdagangan, buku teks, ensiklopedi, majalah, film, kaset video, filmstrips, kunjungan lapangan, wawancara, demonstrasi, dan observasi. Penulisan laporan telah disamakan dengan menyalin fakta dari sebuah ensiklopedia, tetapi bahkan siswa SD harus dipahamkan tentang lagiarisme dan mengapa itu salah. Siswa tidak harus "meminjam" kata orang lain, terutama tanpa memberikan pinjaman dalam komposisi. Format cluster dan grafik data yang membuatnya lebih mudah bagi siswa untuk membuat catatan tanpa menjiplak. Setelah siswa mengumpulkan informasi, mereka membacanya untuk memeriksa bahwa mereka telah menjawab pertanyaan penelitian mereka secara penuh dan menghapus informasi yang tidak perlu atau berlebihan. Berikutnya, mereka mempertimbangkan bagaimana mereka akan mengurutkan informasi dalam konsep kasar mereka. Beberapa siswa menggunakan sementara pertanyaan penelitian dalam urutan dalam komposisi mereka. Mereka juga mengidentifikasi sepotong informasi yang sangat menarik untuk digunakan sebagai bahan.
4) Penyusunan Bagian Laporan.
Siswa menulis bagian laporan mereka menggunakan pendekatan proses menulis. Mereka menulis draft kasar mereka, merevisi dan mengedit. Karena siswa bekerja berpasangan atau dalam kelompok kecil, satu siswa bisa menjadi juru tulis untuk menulis draft sementara siswa lain mendikte kalimat, menggunakan informasi dari cluster atau grafik data. Berikutnya, mereka berbagi rancangan mereka dengan siswa dari kelompok-kelompok kecil lain dan merevisinya berdasarkan umpan balik yang mereka terima. Terakhir, siswa mengoreksi dan kesalahan mekanis yang benar.
5) Kompilasi Bagian.
Siswa dalam sebuah kelas menyusun bagian yang mereka selesaikan dari laporan penelitian dan menulis pengantar, kesimpulan, dan daftar pustaka untuk menambah laporan. Daftar di akhir laporan harus mengidentifikasikan penulis pada setiap bagian. Setelah semua bagian disusun, seluruh laporan dibacakan sehingga siswa dapat menangkap ketidakkonsistenan atau bagian berlebihan.
6) Penerbitan Laporan.
Langkah terakhir dalam menulis laporan penelitian kelompok kelas adalah untuk menerbitkannya. Sebuah salinan akhir dibuat dengan semua bagian dari laporan ada dalam urutan yang benar. Jika laporan yang telah ditulis pada komputer, mudah untuk mencetak salinan akhir; jika tidak, laporan tersebut dapat diketik atau salin kembali dengan tangan. Salinan untuk siswa dan ada yang diserahkan ke perpustakaan
b. Menulis Laporan Individu.
Menulis sebuah laporan individu mirip dengan menulis laporan kelompok. Siswa terus merancang pertanyaan penelitian, mengumpulkan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, dan mengkompilasi apa yang telah mereka pelajari dalam sebuah laporan. Menulis secara individual menuntut dua perubahan signifikan: Siswa harus (1) mempersempit topik mereka dan (2) bertanggung jawab untuk menulis laporan.
1) Memilih dan Mempersempit sebuah topik. Siswa memilih topik untuk penelitian ulang dari daerah konten, hobi, atau minat lainnya. Setelah memilih topik umum, seperti kucing atau tubuh manusia, mereka perlu untuk mempersempit topik sehingga dapat dilaksanakan. Topik luas kucing mungkin dipersempit untuk kucing peliharaan, dan tubuh manusia pada satu organ atau sistem.
2) Merancang Pertanyaan Penelitian. Siswa merancang pertanyaan penelitian dengan brainstorming daftar pertanyaan dalam catatan pelajaran. Mereka meninjau daftar, menggabungkan beberapa pertanyaan, menghapus lainnya, dan menemukan pertanyaan yang ssuai. Ketika mereka memulai penelitian mereka, mereka dapat menambahkan pertanyaan baru dan 'menghapus lainnya jika mereka mencapai jalan buntu.
3) Mengumpulkan dan Mengorganisir Informasi. Seperti dalam laporan kelompok, siswa menggunakan cluster atau grafik data yang mengumpulkan dan mengatur informasi.
4) Penyusunan Laporan. Siswa menulis draft kasar dari informasi yang telah mereka kumpulkan. Setiap pertanyaan penelitian dapat menjadi sebuah paragraf, bagian, atau bab dalam laporan.
5) Merevisi dan Mengedit Laporan. Siswa bertemu dalam kelompok menulis untuk berbagi konsep kasar mereka dan membuat revisi berdasarkan umpan balik yang mereka terima dari teman sekelas mereka. Setelah mereka merevisi, siswa menggunakan checklist editing untuk mengoreksi laporan, mengidentifikasi dan memperbaiki kesalahan.
6) Penerbitan Laporan. Siswa memperbanyak laporan mereka dalam buku-buku dan menambahkan informasi bibliografi. Laporan penelitian juga dapat diterbitkan dalam beberapa cara lain, misalnya, sebagai filmstrip atau presentasi video, sebagai rangkaian dari grafik gambar atau diorama, atau sebagai dramatisasi.
3. Menilai Laporan Penelitian
Siswa perlu mengetahui persyaratan untuk proyek penelitian dan bagaimana mereka akan dievaluasi atau dinilai. Banyak guru mendistribusikan daftar persyaratan untuk proyek tersebut sebelum siswa mulai bekerja sehingga siswa tahu apa yang diharapkan dari mereka dan dapat bertanggung jawab atas menyelesaikan setiap langkah tugas. Checklist untuk laporan penelitian individu pengamatan perilaku dan produk.
a. Memilih topik yang sempit.
b. Mengidentifikasi empat atau lima pertanyaan penelitian.
c. Gunakan cluster untuk mengumpulkan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan.
d. Tulis draft kasar dengan bagian atau bab untuk menjawab setiap pertanyaan. Bertemu dalam kelompok menulis untuk berbagi laporan Anda.
e. Membuat setidaknya tiga perubahan dalam draf Anda.
f. Melengkapi daftar editing dengan pasangan.
g. Tambahkan daftar pustaka.
h. Tulis salinan akhir laporan.
i. Berbagi laporan dengan seseorang.
Checklist bisa lebih sederhana atau lebih kompleks tergantung pada usia dan pengalaman siswa. Checklist memungkinkan siswa untuk memantau pekerjaan mereka sendiri dan belajar bahwa menulis adalah sebuah proses, bukan hanya produk akhir. Setelah menyelesaikan proyek, siswa menyerahkan dokumen mereka kepada guru untuk penilaian. Guru menganggap semua persyaratan pada daftar dalam menentukan nilai siswa.
C. Surat
Surat merupakan cara berkomunikasi dengan orang yang tinggal jauh dari kita. Hal yang penting dalam surat adalah audience, fungsi dan form dari surat itu sendiri. Dalam menulis surat siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan apa yang dirasakannya. Namun untuk surat-surat tertentu siswa harus memikirkan tujuan kepada siapa surat itu dibuat. Karena surat yang ditulis untuk berkomunikasi dengan audiens yang spesifik dan penting, siswa lebih berhati-hati untuk memikirkan apa yang ingin mereka katakan; menggunakan ejaan, kapitalisasi, dan tanda baca dengan benar ; dan menulis dengan jelas.
Siswa SD harus tahu format untuk surat pribadi dan surat resmi. Seperti terdapat dalam form berikut : Format surat disesuaikan dengan tujuan kepada siapa surat itu dibuat. Jika surat pribadi dapat menggunakan bahasa yang santai namun untuk surat resmi harus memperhatikan aturan penulisan surat. Untuk itu siswa perlu belajar mengenal format surat dan membuat bentuk surat tersebut. Siswa SD biasanya kurang familiar dengan surat resmi, karena guru hanya mengenalkan bentuk surat resmi tanpa meminta siswa untuk praktek membuat surat resmi. Siswa biasanya diminta membuat surat pribadi untuk sahabat pena dengan bahasa mereka sendiri, sedangkan untuk surat pribadi harus mematuhi aturan atau format menulis surat.
1. Jenis Surat
a. Surat Pribadi
Anak-anak menulis surat pribadi kepada teman sekelas, teman-teman yang tinggal di luar kota, kerabat, dan sahabat pena. Siswa mungkin akan menyimpan alamat mereka dengan menulskan dalam buku alamat. Dalam surat pribadi, mereka berbagi berita tentang peristiwa dalam hidup mereka dan mengajukan pertanyaan untuk menanyakan kabar. Kegiatan ini dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis. Menerima surat balasan adalah hadiah bagi pengirim surat, karena hal itu dapat menyenangkan. Setelah siswa diperkenalkan denga format surat pribadi, sebaiknya siswa segera mempraktekan membuat surat pribadi. Surat yang hanya dinilai oleh guru kurang bermakna, namun jika latihan membuat surat kepada sahabat pena atau teman sekelas dan ditanggapi itu akan lebih bermakna.
Proses dalam menulis surat pribadi, dimulai dengan tahap pramenulis mereka memutuskan apa yang harus disertakan dalam surat-surat mereka. Brainstorming dan clustering adalah strategi yang efektif untuk membantu siswa untuk memilih dalam menyertakan informasi dan pertanyaan untuk bertanya.
Langkah kedua siswa membuat drfat kasar tentang surat yang akan mereka tulis berdasarkan tahap pilihan topik yang mereka tentukan. Setelah menulis draft kasar, siswa mendiskusikan dalam kelompok menulis untuk merevisi isi dan mengedit untuk memperbaiki kesalahan mekanis, pertama dengan teman sekelas dan kemudian dengan guru. Selanjutnya, mereka akan memperbaiki draft akhir mereka, kemudian dimasukkan amplop dan tuliskan alamat tujuan pada amplop, selanjutnya siap dikirimkan.
Ada beberapa jenis surat pribadi:
1) Pen Pal Letters (surat untuk sahabat pena)
Guru dapat menghubungi sekolah lain yang agak dekat dengan sekolah asal untuk mengajak mereka saling bertukar surat. Atau kalau di Amerika sudah ada organisasi yang mewadahi kegiatan sahabat pena siswa sekolah dasar. Dengan cara ini siswa dapat bertukar pengalaman dan bertukar pendapat tentang sekolah dan keseharian mereka.
Menurut penelitian siswa yang menulis surat tanpa mengirimkan kepada temanya, memiliki kemmapuan menulis dan kosakata yang kurang berkembang. Namun jika mereka benar-benar menuliskan untuk sahabat pena mereka dan menerima tanggapan dari surat mereka kosa kata dan kemampuan menulis berkembang dengan sangat baik.
2) Surat Courtesy.
Undangan dan ucapan terimakasih adalah hal yang familiar bagi siswa. Mereka mungkin menulis surat undangan kepada orang tua untuk menghadiri acara sekolah. Dan juga siswa terbiasa mengucapkan terima kasih melalui surat.
3) Surat untuk Penulis dan Ilustrator.
Di luar negeri siswa biasa menulis surat kepada pengarang buku atau ilustrator pembuat komik. Mereka menanyakan tentang karakter ataupun tanggapan tentang cerita yang dibaca. Banyak dari penulis dan ilustrator membalas surat-surat tersebut.Panduan berikut disarankan ketika menulis untuk penulis dan ilustrator: Mengikuti format surat yang benar dengan alamat pengirim, ucapan, bagian isi, penutup, dan tanda tangan.
Menggunakan pendekatan proses menulis, merevisi, dan mengedit surat. Pastikan untuk mengoreksi dan memperbaiki kesalahan. Memperbanyak surat sehingga akan rapi dan mudah dibaca. Tuliskan alamat pengirim pada amplop dan surat. Sertakan amplop untuk balasan dan berikan kata-kata yang sopan seperti tolong dan terima kasih.
4) Surat Anak-anak kecil /kelas bawah
Surat untuk anak-anak muda di sini dijelaskan tentang surat tidak resmi, biasa dikenal dengan surat kolaboratif. Seperti dijelaskan di atas dalam menulis surat siswa juga harus membuat peta konsep tentang tema isi surat yang akan ditulis. Surat kolaborasi ditulis juga dapat dilakukan di dalam kelas. Siswa membuat pemetaan tentang beberapa tema surat yang dapat mereka tulis. Selain di dalam kelas siswa juga mungkin menulis surat kolaboratif mengucapkan terima kasih kepada orang-orang masyarakat yang telah mengunjungi kelas, mengundang kelas lain untuk menghadiri pertunjukan wayang, atau untuk pujian penulis favorit. Surat kolaborasi kelas juga dapat berfungsi sebagai surat sahabat pena ke kelas lain.
b. Surat Resmi
Siswa menulis surat resmi untuk mencari informasi, untuk mengeluh, dan melakukan transaksi bisnis. Mereka menggunakan gaya surat formal untuk berkomunikasi dengan rekan bisnis, surat kabar lokal, dan lembaga pemerintah.
Siswa dapat menulis surat untuk memesan produk, mengajukan pertanyaan, dan mengeluh atau pujian produk tertentu; mereka menulis surat kepada editor surat kabar dan majalah lokal untuk mengomentari artikel dan untuk mengekspresikan pendapat mereka. Penting bagi siswa mendukung komentar dan pendapat mereka dengan fakta-fakta jika mereka menghendaki surat yang mereka kirim akan ditebitkan. Siswa juga dapat menulis ke negara, dan pejabat pemerintah pusat daerah untuk mengungkapkan keprihatinan, membuat saran, atau mencari informasi. Selain itu siswa juga menulis surat untuk mencari bahan pelajaran secara gratis. Untuk alamat yang dituju misalkan pemerintah sudah ercantum dalam buku alamat yang diterbitkan secara resmi oleh pemerintah.
2. Simulasi Menulis Surat
Setelah siswa mengetahui format surat guru kemudian mengajarkan bagaimana membuat surat. Simulasi membuat surat harus dilakukan segera setelah siswa memperoleh informasi cara membaut surat. Jika tidak sempat mengirimkan kepada orang yang tinggal jauh, siswa dapat bertukar surat dalam satu kelas itu.
3. Mengajar Siswa Menulis Surat
Dalam mengajar menulis surat menggunakan pendekatan proses. Dengan memperhatikan jenis surat pribadi atau resmi. Langkah-langkahnya adalah:
a. Mengumpulkan dan Mengorganisir Informasi untuk Surat. Siswa merencanakan menulis surat, membuat cluster tentang informasi yang akan dipilih dan menentukan informasi yang akan disampaikan.
b. Meninjau Formulir surat pribadi atau Surat resmi. Sebelum menulis draft kasar surat mereka, para siswa meninjau bentuk pribadi atau surat resmi
c. Menulis Surat Menggunakan Pendekatan Proses.
Siswa menulis draft kasar, menggabungkan informasi dikembangkan selama kegiatan pra dan mengikuti format baik surat pribadi atau gaya surat resmi. Selanjutnya, siswa bertemu dalam kelompok menulis untuk berbagi konsep kasar mereka, menerima pujian, dan mendapatkan umpan balik. Mereka melakukan perubahan berdasarkan masukan dan mengedit surat-surat mereka dengan pasangan, proofreading untuk mengidentifikasi kesalahan dan mengoreksi sebanyak mungkin. Mereka juga memastikan mereka telah menggunakan format surat yang tepat. Setelah menyelesaikan semua langkah, siswa kembali membuat surat dan alamat amplop. Langkah terakhir penting adalah untuk mengirimkan surat-surat.
4. Menilai Surat Siswa
Sejak dahulu kita menilai hasi kerja menulis siswa dengan cara membaca kemudian memberi nilai pada tulisan siswa, tanpa pernah mengirimkan surat-surat itu kepada tujuan yang dikehendaki. Cara yang efektif dalam menilai menulis surat adalah dengan menggunakan Checklist.
D. LIFE-Story atau Cerita Kehidupan
Siswa SD menikmati berbagi informasi tentang kehidupan mereka dan belajar tentang kehidupan tokoh terkenal. Ketika mereka membaca cerita kehidupan yang ditulis untuk orang-orang muda, mahasiswa meneliti struktur dan menggunakan buku-buku sebagai model untuk menulis mereka sendiri. Cerita kehidupan menggabungkan tulisan ekspositoris dengan beberapa unsur narasi.
Penulis menggunakan beberapa pendekatan yang berbeda dalam menulis otobiografi dan biografi (Fleming & McGinnis, 1985). Pendekatan yang paling umum adalah sejarah; penulis berfokus pada tanggal dan peristiwa dan menyajikan kronologi atau urutan cerita. Banyak otobiografi dan biografi yang menjangkau seluruh hidup seseorang mengikuti pola ini.
Pola kedua adalah pendekatan sosiologis, dimana penulis menggambarkan kehidupan selama periode sejarah, memberikan informasi tentang kehidupan keluarga, makanan, pakaian, pendidikan, ekonomi, transportasi, dan sebagainya. Misalnya, Worlds Apart: The Autobiography of a Dancer Dari Brooklyn (Maiorano, 1980) menggambarkan masa kecil penulis di lingkungan New York City yang miskin dan bagaimana ia lolos melalui karir dengan Metropolitan Opera Company.
Pendekatan ketiga adalah psikologi: Penulis berfokus pada bagian konflik tokoh sentral. Konflik mungkin dengan diri sendiri, orang lain, alam, atau masyarakat. Pendekatan psikologis memiliki banyak unsur kesamaan dengan cerita dan yang paling sering digunakan dalam otobiografi singkat dan biografi yang berkutat di sekitar peristiwa tertentu atau fase. Contohnya adalah biografi kegiatan tunggal, misalnya cerita tentang Paul Revere menghadapi konflik dengan tentara Inggris.
1. Jenis Cerita Kehidupan
a. Otobiografi
Ketika siswa menulis otobiografi, mereka menghidupkan kembali dan mendokumentasikan kehidupan mereka, biasanya dalam urutan kronologis. Mereka menggambarkan peristiwa mengesankan yang diperlukan untuk mengenal mereka. Eddie menggambarkan dirinya dan keluarganya, hewan peliharaan nya, "favorit" dan hobi, dan liburan ke kota Texas. Menulis otobiografi tumbuh dari jurnal pribadi anak-anak dan "All About Me" buku yang mereka tulis di TK dan kelas pertama. Sumber utama informasi mereka untuk menulis adalah pengalaman mereka sendiri.
Catatan pribadi yang dibuat siswa dari TK dan kelas 1 menjadi bahan otobiografi pertama. Biasanya daftar information seperti ulang tahun anak, anggota keluarga, teman, dan kegiatan favorit, dengan gambar serta teks. Untuk menulis buku ini, anak-anak dan guru memutuskan topik untuk setiap halaman, dan, setelah brainstorming ide-ide yang mungkin untuk topik, anak-anak menggambar dan menulis tentang hal itu. anak-anak mungkin juga perlu meminta orang tua mereka untuk informasi tentang kelahiran dan acara mereka selama tahun-tahun prasekolah mereka.
b. Biografi
Biografi adalah cerita tentang kehidupan seseorang yang ditulis oleh orang lain, dan penulis mencoba untuk membuat daftar seakurat dan otentik mungkin. Penulis berkonsultasi dengan berbagai sumber informasi untuk penelitian biografi. yang terbaik sumber, tentu saja, adalah subjek biografi ini, dan penulis bisa belajar banyak hal tentang seseorang melalui wawancara. Sumber utama lainnya termasuk buku harian dan surat-surat, foto, kenang-kenangan, catatan sejarah, dan kenangan orang yang tahu orang tersebut. Sumber sekunder adalah buku, surat kabar, dan film yang ditulis oleh orang lain selain subjek biografi.
Biografi dikategorikan sebagai kontemporer atau sejarah. Biografi kontemporer yang ditulis tentang seseorang yang hidup, terutama seseorang penulis dapat diwawancarai. Biografi sejarah sekitar orang-orang yang tidak lagi hidup, dan informasi harus berasal dari sumber-sumber sekunder.
a. Jenis Biografi
1) Kontemporer Biografi.
Siswa menulis biografi tentang orang-orang hidup yang mereka kenal secara pribadi serta tentang tokoh terkenal. Berbeda dengan sumber-sumber utama informasi yang tersedia untuk mengumpulkan informasi tentang orang-orang lokal, siswa mungkin harus bergantung pada sumber sekunder (misalnya, buku, surat kabar, surat) untuk informasi tentang orang terkenal dan orang-orang yang secara geografis lebih jauh. Kadang-kadang, siswa dapat menulis surat kepada tokoh-tokoh atau mungkin mengatur panggilan telepon konferensi.
2) Biografi sejarah.
Sedangkan biografi didasarkan pada fakta-fakta yang diketahui, beberapa bagian dari biografi sejarah ada yang fiksi. Dialog dan rincian lainnya tentang kehidupan sehari-hari, misalnya, harus ditemukan setelah waktu penelitian yang cermat. Dalam Kehidupan Pocahontas (Fritz, 1983), misalnya, penulis harus mengambil fakta-fakta samar yang diketahui tentang Pocahontas dan membuat beberapa tebakan yang masuk akal untuk mengisi link yang hilang. Untuk memberikan satu contoh, sejarawan tahu bahwa Pocahontas adalah seorang wanita muda yang meninggal pada 1617, tetapi mereka tidak yakin berapa umur dia ketika John Smith dan para pemukim Inggris lainnya tiba di Virginia pada 1607. Fritz memilih untuk membuat berusia 11 tahun ketika pemukim tiba.
Ketika anak-anak menulis biografi sejarah, mereka harus mmebuat perkiraan peristiwa yang hilang atau tidak tercatat dalam sejarah. Misalnya: cerita tentang Soekarno ketika mendapat bujukan PKI. Hal itu tidak tergambar jelas namun beberapa penulis membuat perkiraan dari beberapa sumber terpercaya.
Ketika siswa mempelajari kehidupan orang lain dalam persiapan untuk menulis biography, mereka harus menjadi pribadi yang terlibat dalam proyek (Zarnowski, 1988). Ada beberapa cara untuk melibatkan para siswa dalam studi biografi, yaitu, untuk membantu mereka mencari jejak subjek. Untuk biografi kontemporer, pertemuan dan wawancara orang adalah cara terbaik; untuk proyek-proyek lainnya, siswa membaca buku-buku tentang seseorang, melihat film dan video, mendramatisir peristiwa dari kehidupan seseorang, dan menulis tentang orang-orang yang mereka pelajari. Sebuah aktivitas berharga dalam simulasi menulis jurnal, di mana siswa berperan sebagai orang yang mereka pelajari dan menulis entri jurnal entri.
2. Mengajar menulis cerita kehidupan melalui pendekatan proses.
Strategi mengajar sama untuk menulis otobiografi dan biografi, tetapi dua bentuk yang berbeda dan harus diajarkan secara terpisah.
a. Membaca untuk Belajar Tentang Format dan Konvensi unik.
Otobiografi dan biografi yang ditulis untuk anak-anak dapat menjadi model untuk life story. Banyak otobiografi ilmuwan, penghibur, tokoh olahraga, dan lain-lain yang tersedia untuk siswa kelas atas, namun, sayangnya, hanya beberapa Otobiografi telah ditulis untuk anak-anak kecil. Otobiografi dan biografi dari tahun-tahun sebelumnya siswa adalah sumber lain dari buku-buku untuk kelas untuk membaca. Siswa sering dapat dibujuk untuk membawa cerita kehidupan mereka yang berharga untuk dibawa ke kelas dan diceritakan di depan kelas untuk memotivasi siswa lain.
b. Mengumpulkan informasi untuk Life Sotry
Siswa mengumpulkan informasi tentang diri mereka sendiri atau orang yang akan mereka tulis kisah hidupnya. Sumber yang sama akan sangat berbeda bentuk tulisannya jika yang menulis adalah orang yang berbeda. Diri siswa merupakan sumber cerita yang paling menarik, karena siswa dapat menceritakan kisah mereka yang nyata, namun siswa juga perlu meminta bantuan kepada orang tua dan anggota keluarga lain. Orang tua sering berbagi informasi dari buku-buku bayi dan album foto, dan saudara-saudara yang lebih tua dan saudara dapat berbagi kenangan mereka. strategi yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi untuk sebuah autobiografi adalah untuk mengumpulkan benda-benda yang melambangkan kehidupan mereka dan meletakkan mereka pada garis hidup atau menempatkan mereka dalam bingkai kehidupan yang berbeda (Fleming, 1985). Mereka kemudian dapat menulis secara singkat tentang setiap objek, menjelaskan apa itu dan bagaimana kaitannya dengan kehidupan mereka. Mereka juga bisa menghias kotak dengan kata-kata dan gambar dipotong dari majalah untuk membuat kolase otobiografi.
Untuk menulis biografi, siswa dapat mewawancarai subjek mereka, baik secara langsung atau melalui telepon dan surat. Untuk menulis biografi sejarah, siswa membaca buku-buku untuk belajar tentang orang dan periode waktu di mana ia tinggal. Sumber-sumber informasi yang lain seperti film, kaset video, dan surat kabar dan majalah. Siswa juga perlu mencatat sumber-sumber mereka untuk bibliografi yang mencakup kehidupan mereka. Siswa urutan informasi yang mereka kumpulkan, tentang baik kehidupan mereka atau orang lain, pada garis hidup atau waktu. Kegiatan ini membantu siswa mengidentifikasi dan tonggak urutan dan acara lainnya. Mereka dapat menggunakan informasi pada garis hidup untuk mengidentifikasi topik untuk-kisah hidup.
c. Menggunakan Informasi untuk Cerita Kehidupan.
Siswa memilih dari jenis kehidupan topik yang akan mereka tulis tentang subjek; kemudian mereka mengembangkan cluster dengan setiap topik sebagai gagasan utama. Mereka menambahkan rincian dari informasi yang mereka kumpulkan; jika mereka tidak memiliki empat atau lima rincian untuk setiap topik, mereka dapat mencari informasi tambahan. Ketika siswa tidak yakin jika mereka memiliki informasi yang cukup, mereka dapat mengelompokkan topik menggunakan "5W 1 H" pertanyaan (siapa, apa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana) dan mencoba untuk menjawab enam pertanyaan. Jika mereka bisa menyelesaikan cluster, mereka siap untuk menulis; jika mereka tidak bisa, mereka harus mengumpulkan informasi tambahan. Setelah mengembangkan cluster, siswa memutuskan urutan topik dan menambahkan pengenalan dan kesimpulan.
d. Menulis Cerita Kehidupan Menggunakan keterampilan Proses Menulis.
Siswa menggunakan cluster mereka untuk menulis draf kasar mereka. Ide-ide utama menjadi kalimat topik untuk paragraf, dan rincian diperluas menjadi kalimat. Setelah mereka menulis draft kasar, siswa bertemu dalam kelompok menulis untuk mendapatkan umpan balik pada tulisan mereka; kemudian mereka membuat revisi. Selanjutnya, mereka mengedit dan membuat ulang. Mereka menambahkan gambar, foto, atau memorabilia lainnya. Siswa juga menambahkan bibliografi untuk biografi, daftar sumber-sumber informasi. Selain membuat salinan akhir dari cerita mereka, siswa dapat berbagi apa yang telah mereka pelajari dengan cara lain. Mereka mungkin berpakaian seperti subyek biografi mereka dan menceritakan kisah seseorang atau membiarkan teman sekelas mewawancarai mereka.
Minilessons. Siswa mempelajari prosedur, konsep, dan strategi dan keterampilan untuk membaca dan menulis buku-buku informasi melalui minilessons. Guru menyesuaikan strategi pengajaran yang disajikan dalam bab pertama untuk pelajaran Mini tentang buku-buku informasi. Guru memilih topik untuk pelajaran Mini berdasarkan kebutuhan siswa dan kesempatan yang diberikan dalam bahan bacaan dan menulis proyek. Ketika murid kelas lima membaca biografi sebagai bagian dari siklus tema pada Revolusi Amerika, misalnya, guru mungkin berencana untuk mengajar serangkaian pelajaran tentang kehidupan Mini-cerita.
Dalam minilesson siswa diminta membaca tentang biografi seseorang, melakukan tanya jawab, kemudian siswa menjelaskan kehidupan tokoh yang diceritakan. Siswa juga mmebuat pandangan hidup tentang tokoh. Mini Pelajaran tentang menafsirkan pelajaran tentang kehidupan dan menulis jurnal simulasi mungkin diajarkan selama tahap eksplorasi dari proses membaca untuk membantu siswa mengembangkan dan memperbaiki interpretasi mereka biografi.
e. Beradaptasi dengan Memenuhi Kebutuhan Setiap siswa.
Guru dapat memebuat siswa menyesuaikan cara membaca dan menulis dengan membuat daftar inforasi dari apa yang mereka baca. Hal ini penting untuk mengajarkan siswa tentang informasi buku dan konvensi yang ada dalam buku untuk membantu memahami diagram, Glosari, dan indeks. Karena jika siswa tidak memahami apa yang mereka baca, mereka dapat dikatakan bukan pembaca yang baik.
3. Menilai Cerita Kehidupan
Siswa perlu mengetahui persyaratan untuk otobiografi mereka atau proyek biografi dan bagaimana mereka akan dinilai. Sebuah checklist untuk otobiografi mungkin termasuk komponen-komponen berikut:
a. Membuat garis hidup menunjukkan yang menunjukkan peristiwa penting
b. Menggambar cluster menunjukkan setidaknya tiga topik utama-ide dan setidaknya lima rincian untuk masing-masing topik.
c. Menulis draft kasar dengan pengenalan, tiga atau lebih bab, dan kesimpulan.
d. Bertemu dalam kelompok menulis untuk berbagi otobiografi Anda.
e. Membuat setidaknya tiga perubahan dalam draf Anda
f. Melengkapi daftar editing dengan pasangan.
g. Menulis salinan akhir dengan foto atau gambar sebagai ilustrasi. Tambahkan "Semua Tentang Penulis" halaman
h. Kompilasi otobiografi Anda sebagai sebuah buku.
i. Hiasi sampul
Daftar periksa untuk biografi mungkin daftar persyaratan sebagai berikut:
a. Pelajari tentang kehidupan seseorang dari setidaknya tiga sumber (dan tidak lebih dari satu ensiklopedia).
b. Membuat setidaknya tiga perubahan dalam draf Anda.
c. Melengkapi daftar editing dengan pasangan.
d. Recopy biografi.
e. Tambahkan halaman"Semua Tentang Penulis".
Siswa membutuhkan checklist untuk setiap proyek mereka dan memriksa kelengkapan hasil kerja mereka. Guru dapatmemberikan kredit penghargaan untuk setiap item pada daftar periksa, seperti yang kita bahas mengenai laporan penelitian. Pendekatan ini membantu siswa memikul tanggung jawab yang lebih besar untuk pembelajaran mereka sendiri dan memberi mereka pemahaman yang lebih baik tentang mengapa mereka menerima nilai tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Tomkins, Gail., E. Hoskisson, Kenneth. (1995). Language Arts: Content and Teaching Strategies. USA: Prentice-Hall, Inc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar